Sekarang ini muncul kebutuhan pada penguasaan literasi baru. Ada literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia yang harus dipastikan diajarkan kepada mahasiswa.
MEDAN, KOMPAS Perguruan tinggi Indonesia perlu merespons secara cepat perubahan yang terjadi pada era revolusi industri berbasis digital. Untuk itu, strategi pendidikan tinggi harus disesuaikan agar tetap mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa.
”Perbaikan dalam tata kelola institusi perguruan tinggi yang berkualitas serta anggaran pendidikan yang efisien dan berbasis luaran (output) juga ditingkatkan. Sebab, pendidikan jadi fondasi dan syarat penting untuk kemajuan negara,” ujar Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara rapat kerja nasional Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Tahun 2018 di Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hadir dalam acara ini Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, serta Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi.
Sri Mulyani mengatakan, pada era disruptif teknologi saat ini, dunia pendidikan menjadi garis depan di era digital. Perguruan tinggi harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Perguruan tinggi harus mampu merespons kebutuhan masyarakat yang sudah banyak melakukan kegiatan pembelajaran secara daring agar tidak ditinggalkan atau harus tutup.
Menkeu mengatakan, anggaran pendidikan tahun 2018 adalah Rp 444,13 triliun, baik untuk alokasi pusat maupun daerah. Anggaran 20 persen dari total APBN ini merupakan suatu pemihakan yang nyata bagi pendidikan dan riset Indonesia. Namun, hasilnya perlu ditingkatkan dengan mengubah strategi pendidikan. Sebab, Vietnam dengan alokasi sama, 20 persen APBN untuk pendidikan, daya saing pendidikannya di internasional melesat. Salah satunya dilihat dari hasil Programme International for Student Assessment.
Revolusi industri generasi keempat atau revolusi industri 4.0 mengedepankan otomasi dalam proses produksi. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti big data dan kecerdasan buatan, sangat menonjol.
Menristek dan Dikti mengatakan, secara global, revolusi industri 4.0 menyentuh seluruh hidup manusia, ada transformasi sistem manajemen, tata kelola, dan informasi. Sejumlah elemen penting yang harus menjadi perhatian dan akan dilaksanakan oleh Kemristek dan Dikti untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa, antara lain sistem pembelajaran yang lebih inovatif di perguruan tinggi, seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran.
Selain itu, mulai diupayakannya program Cyber University, seperti sistem perkuliahan jarak jauh (distance learning) sehingga mengurangi intensitas pertemuan dosen dan mahasiswa. Cyber University ini nantinya diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok daerah untuk menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas.
Pembelajaran digital
Direktur Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Patdono Suwignjo menyatakan perlunya pengembangan pendidikan jarak jauh dengan teknologi digital diakomodasi. Standar pembelajaran, instrumen pendidikan tinggi jarak jauh, disiapkan aturannya. ”Jika tak mengembangkan pembelajaran digital, PTN dan PTS kecil kita bisa kalah bersaing dengan PT asing yang bakal segera masuk,” katanya.
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Intan Ahmad mengatakan, PT harus berinovasi untuk mencari kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan pengguna. Kolaborasi dengan industri jadi keharusan. (ELN)