SURABAYA, KOMPAS – Sekolah perlu melakukan inovasi pembelajaran Bahasa Jawa untuk membiasakan siswa menggunakan bahasa tersebut. Praktik berbahasa Jawa harus ditingkatkan untuk mengasah keberanian siswa menggunakan Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari.
Di Sekolah Menengah pertama Negeri 10 Surabaya, kata guru Bahasa Jawa Putri Hayuningtyas, dirinya melakukan inovasi untuk memudahkan siswa mempelajari Bahasa Jawa. Dia menciptakan teknik belajar aksara jawa yang bisa dipahami dalam empat kali pertemuan.
Selain itu, dia meminta siswa untuk memperbanyak praktik berbahasa Jawa. Setiap dua minggu sekali, selalu ada perintah untuk praktik, seperti menulis surat, berpidato, dan membuat film drama berbahasa Jawa. “Sekolah juga mewajibkan melakukan doa dalam Bahasa Jawa setiap Senin dan Selasa,” kata Putri, Selasa (20/2) di Surabaya.
Bahasa Jawa masih menjadi muatan lokal di tingkat SD hingga SMA. Namun di Surabaya, bahasa Jawa yang diajarkan adalah bahasa Jawa secara umum, bukan bahasa jawa dialek Surabaya. hal itu disebabkan siswa dinilai sudha mampu berdialek Surabaya karena dialek tersebut masih sering dilakukan di dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.
Akan tetapi, pembelajaran Bahasa Jawa mengalami tantangan dari pesatnya teknologi. Keberadaan google translate membuat siswa jadi malas belajar Bahasa Jawa. Tugas dari sekolah terkadang dikerjalan menggunakan google translate yang memiliki pilihan bahasa Jawa. “Saya selalu teliti tugas siswa karena mudah melihat bahasa jawa halus dan bahasa jawa dari google translate yang biasanya tidak beraturan,” tutur Putri.
Pipit Maulidya (25), mengatakan, dia selalu menggunakan Bahasa Jawa ketika berkomunikasi dengan orangtua atau orang yang lebih tua. Namun, ketika bersama teman sebaya lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia karena lebih nyaman. “Kalau untuk menulis dengan aksara jawa saya tidak bisa,” katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, Rumah Bahasa di Balai Pemuda yang mengajarkan berbagai bahasa tidak hanya mengajarkan Bahasa asing, seperti Inggris, Mandarin, Korea dan Jepang. Pemkot Surabaya juga memberikan pelatihan Bahasa Jawa yang ternyata peminatnya tidak hanya siswa SD dan SMP di Surabaya, melainkan juga warga negara asing yang sedang berada di Surabaya. “Lomba geguritan dan macapat masih sering diadakan di Balai Pemuda, Surabaya,” ujar Risma.
Redaktur majalah Jaya Baya, Widodo Basuki, menambahkan, beberapa majalah berbahasa Jawa masih rutin terbit, di antaranya Jaya Baya dan Penyebar Semangat. Majalah itu bisa menambah pengetahuan sekaligus membiasakan generasi muda untuk dekat dengan Bahasa Jawa.
Adapun pihak lain juga, seperti komunitas terus menggiatkan penggunaan Bahasa Jawa. Ada Paguyuban Sastra Jawa Surabaya (PPSJS), Pamarsudi Sastra Jawa Bojonegoro (PSJB), dan Sanggar Triwida ( Tulungagung, Trenggalek, Blitar, Kediri, Madiun) yang masih aktif mengajarkan Bahasa Jawa kepada generasi muda.
Sedangkan peminat Bahasa Jawa, kata Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Negeri Surabaya, Sri Sulistiani masih cukup banyak. Skripsi yang ditulis mahasiswa tersebut juga menggunakan Bahasa Jawa. (ODY/ETA/SYA)