SURABAYA, KOMPAS – Keluarga berperang penting dalam membentuk karakter anak. Peran itu juga bisa dilaksanakan oleh sekolah. Namun, keluarga tetap bertanggungjawab penuh dalam membentuk karakter anak. Keunikan setiap anak belum bisa muncul lewat proses di sekolah.
Pemerintah terus mendorong penguatan pendidikan karakter (PPK). Karakter yang ingin ditumbuhkan adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggungjawab. Keluarga dapat memelihara nilai-nilai itu dalam diri anak-anak.
“Sekolah mungkin bisa menggantikan, tetapi perannya tidak akan sevital keluarga,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy seusai meresmikan Jambore Pandu Sekolah Model, Selasa (20/2), di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Timur, di Surabaya.
Jambore diikuti oleh 190 siswa dari 38 SD-SLTA perwakilan sekolah model di Jatim. Jambore bertujuan menyosialisasikan PPK melalui pemaparan capaian hasil dan pameran.
Muhadjir mengatakan, pendidikan karakter merupakan program pemerintahan Presiden Joko Widodo yang menghendaki bobot pengajaran di sekolah yakni 70 persen untuk penanaman karakter dan 30 persen pengetahuan. Dalam pelaksanaannya, PPK dengan pemberian materi-materi dalam mata pelajaran umum (intrakurikuler) dan kegiatan ekstrakurikuler olahraga, seni, budaya, dan atau kepanduan.
Pendidikan karakter menghendaki bobot pengajaran di sekolah 70 persen untuk penanaman karakter dan 30 persen pengetahuan.
Muhadjir memercayai PPK akan efektif diwujudkan di sekolah dengan penerapan lima hari sekolah. Penerapan itu memang sempat menuai kontroversi terutama dikaitkan dengan lamanya siswa berada di sekolah (pagi-sore). Itu terjadi karena pemadatan kegiatan dari enam hari menjadi lima hari.
Muhadjir menyadari tidak semua lembaga ingin menerapkan lima hari sekolah. Sekolah yang enam hari sekolah tetap dibolehkan, tetapi diingatkan agar terus mendorong kegiatan ekstrakurikuler untuk penanaman karakter positif.
Hari keluarga
Menurut Muhadjir, ada keunggulan pendidikan karakter diterapkan dengan lima hari sekolah. Sabtu dan Minggu (akhir pekan) harus menjadi hari keluarga.
Diharapkan, pengajaran karakter di sekolah lebih dikembangkan ketika anak-anak berada dalam keluarga. Di akhir pekan, keluarga bahkan bisa berekreasi untuk menanamkan nilai-nilai positif terhadap anak. Rekreasi bisa berwisata sambil berolahraga atau melihat kegiatan seni, budaya, dan pelestarian lingkungan.
Namun, dalam kondisi saat ini, mungkin masih banyak keluarga yang sibuk sehingga tak mampu mengurus anak-anak. Misalnya orangtua yang bekerja di perkebunan sejak pagi sampai sore. Jika itu terjadi, orangtua disarankan “menitipkan” anak-anak di lima hari sekolah dengan jadwal pelajaran dan kegiatan yang cukup banyak.
Program penguatan pendidikan karakter di sekolah telah berlangsung hampir setahun sehingga perlu dipantau untuk evaluasi. Saat ini telah ada 23.000 sekolah yang menerapkan PPK. Program ini diklaim berjalan cukup baik karena jumlah sekolah yang mengadopsi PPK dalam model lima hari sekolah terus bertambah.
Program PPK di sekolah telah berlangsung hampir setahun. Saat ini telah ada 23.000 sekolah yang menerapkan PPK.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Hamid Muhammad menambahkan, program PPK melalui lima hari sekolah akan terus meningkat. "Sesuai dengan Perpres 87/2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, lima hari sekolah merupakan pilihan atau bukan kewajiban,” katanya. Untuk yang masih enam hari sekolah, hari terakhir amat disarankan didedikasikan bagi kegiatan ekstrakurikuler dan PPK.