Konsep Islam Wasatiyah Ditawarkan sebagai Solusi Permasalahan Global
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
JAKARTA,KOMPAS-Kantor Utusan Khusus Presiden RI Untuk Dialog dan Kerja Sama Antar-Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) akan menyelenggarakan High Level Consultation of World Muslim Scholars On Wasatiyyat Islam (HLC-WMS) di Bogor, 1-3 Mei dan Jakarta 4 Mei 2018.
Dalam kegiatan tersebut akan hadir 50 tokoh ulama dan cendekiawan dunia dari berbagai negara yang akan membedah khusus tentang konsep Islam jalan tengah atau Islam Wasatiyah.
Perhelatan HLC-WMS digelar sebagai ajang promosi konsep Islam Wasatiyah yang berkembang di Indonesia. Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama Antar-Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Din Syamsuddin optimis konsep Islam Wasatiyah ala Indonesia dapat menjadi model di dunia untuk menyelesaikan permasalahan global.
“Konsep Islam Wasatiyah adalah jalan tengah dalam bermasyarakat dan bernegara. Mengedepankan ajaran yang rasional, moderat, adil, toleran, dan bertenggang rasa,” kata Din, Senin (9/4/2018) di Kantor UKP-DKAAP, Jakarta.
HLC-WMS diharapkan melahirkan Bogor Message yaitu sebuah dokumen penting yang bisa menjadi acuan umat manusia dalam mengembangkan peradaban melalui prinsip jalan tengah. Sebelum HLC-WMS digelar, UKP-DKAAP telah menyelenggarakan empat kali halaqah mengenai Islam Wasatiyah dengan mengundang para pakar.
Halaqah ini dilanjutkan dengan dua kali simposium di Surakarta dan Jakarta untuk mempersiapkan buku mengenai Islam Wasatiyah yang akan dibahas dalam HLC-WMS. Buku tersebut disusun oleh panitia pengarah yang diketuai Azyumardi Azra dan dibantu oleh Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti.
Di dalam buku dibahas mengenai konsepsi Islam Wasatiyah, implementasinya dari masa ke masa sejak zaman Nabi Muhammad, pengalaman Indonesia mengimplementasikan Islam Wasatiyah, serta tantangan dan peluang Islam Wasatiyah dalam peradaban global.
Jalankan UUD 1945
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komite Pengarah sekaligus Sekjen PBNU, Helmy Faishal Zaini, menilai, penyelenggaraan HLC-WMS merupakan salah satu langkah dalam menjalankan amanat UUD 1945. Ia mengatakan, ini sebagai bagian dari keikutsertaan Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia.
“Jadi ini merupakan narasi besar tokoh agama Islam dunia untuk menciptakan perdamaian, dengan mengambil pengalaman Indonesia,” tuturnya.
Helmy mengatakan, dalam buku yang akan dibedah dalam HLC-WMS ada beberapa tawaran yang disodorkan oleh Indonesia. Pertama, mengenai konsepsi Islam Wasatiyah.
Selama ini, beberapa negara lain seperti Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Malaysia juga memiliki gerakan Islam Wasatiyah. Tetapi, ada perspektif lain yang ditawarkan oleh Indonesia.
Kedua, pengalaman Indonesia menerapkan Islam Wasatiyah memberikan tawaran mengenai fungsi agama. “Di Indonesia, peran organisasi masyarakat sipil kalangan Islam menempatkan agama berfungsi sebagai sarana teologi pembebasan dari kelaparan dan ketakutan”, paparnya.
Selain dihadiri 50 tokoh ulama dan cendekiawan muslim Indonesia, acara ini akan menghadirkan Imam Besar Al-Azhar, Yang Mulia Ahmed Ath-Thayyeb dan President of The Forum Promoting Peace in Muslim Society and Vice President of International Union of Muslim Scholars, Prof. Dr. Abdullah bin Bayyah sebagai pembicara kunci. Rencananya, HLC-WMS akan dibuka oleh Presiden RI dan ditutup oleh Wakil Presiden RI.(*)