JAKARTA, KOMPAS – Jumlah perempuan di Indonesia mencapai 128,72 juta jiwa. Namun, masih sedikit perempuan Indonesia yang menggunakan internet sebagai media untuk berekspresi. Padahal melalui internet perempuan bisa memproduksi konten edukatif untuk memperjuangkan hak-hak mereka.
Menurut laporan World Wide Web Foundation tahun 2016, hanya 20 persen perempuan Indonesia yang memiliki akses ke internet. Dari jumlah tersebut, hanya lima persen yang mendapatkan informasi tentang hak-hak mereka melalui internet.
Karena itu, kata Ketua Umum Gerakan Siber Kreatif Dedi Permadi, perlu edukasi pembuatan konten edukatif kepada perempuan muda. Menurutnya, yang dibutuhkan saat ini adalah kemampuan untuk merespons transformasi digital secara kreatif dan aplikatif.
Dedi menilai kegiatan pembuatan infografis sederhana oleh 22 siswi dari tujuh SMA di Jabodetabek sebagai salah satu contoh respons edukatif perempuan terhadap transformasi digital. "Sekolah bisa mencontoh kegiatan ini untuk melatih siswi dalam menyajikan suatu konten edukatif yang diolah dari data berbagai lembaga penelitian yang mudah didapat di internet," ucap Dedi, Kamis (12/7/2018), di Jakarta.
Sejumlah siswi tersebut merupakan peserta kegiatan lokakarya "Starting Them Young" yang diselenggarakan oleh Goethe-Institute bekerja sama dengan World Wide Web Foundation dan Open Data Labs Jakarta pada 10-12 Juli 2018. Dalam kegiatan itu, para peserta dituntut untuk memproduksi konten edukatif dalam bentuk infografis tentang isu-isu perempuan.
Siswi kelas X SMA Santa Ursula Jakarta Laura Joanna mengatakan, dirinya dan timnya tertarik membuat infografis tentang kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. "Lewat karya itu kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat tentang banyaknya kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di sekitar kita" kata Laura.
Dalam proses pembuatan infografis itu mereka juga mendapat materi tentang cara memilih sumber informasi yang terpercaya. "Enggak boleh langsung percaya sama satu sumber data, harus dicek ke sumber lainnya juga," ujar Vina Ursula, rekan satu tim Joanna.
Kebutuhan akan kemudahan akses pada informasi dan konten edukatif itu mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) membangun situs Rumah Belajar. Lewat situs itu masyarakat bisa mengunduh berbagai macam buku pelajaran secara gratis.
Kepala Sub Bidang Pengkajian dan Perancangan Bidang Pengembangan Jaringan Pusat Teknologi Komunikasi Kemdikbud Hasan Chabiebie mengakui kebutuhan masyarakat terhadap akses pada konten edukatif tak mungkin dipenuhi oleh pemerintah sendiri. "Seperti yang sudah dicontohkan oleh para peserta "Starting Them Young", masyarakat bisa saling berbagi konten edukatif melalui media sosial," ujar Hasan.
Dedi menilai, jumlah perempuan Indonesia yang sangat besar akan menjadi keuntungan jika mereka mau memulai untuk membagikan konten edukatif melalui media sosial. "Pada momen tahun baru 2018, Indonesia merupakan negara dengan pengguna Insta Story terbanyak. Mengapa kita tidak kita coba manfaatkan potensi itu untuk menyebarkan konten edukatif," ujar Dedi.