Lagu yang Layak Dengar oleh Anak Perlu Dipromosikan
Oleh
Yovita Arika
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Minimnya lagu anak di Indonesia membuat sejumlah pihak khawatir, terutama karena lagu-lagu yang banyak beredar tidak sesuai untuk dikonsumsi anak-anak. Sejumlah upaya pun dilakukan untuk mengembalikan kejayaan lagu anak, salah satunya dengan mempromosikan lagu yang layak dengar oleh anak.
Peluncuran album bertajuk Sejuta Pelangi Indonesia pada Sabtu (25/8/2018), di Jakarta, merupakan salah satu upaya untuk mempromosikan lagu yang layak dengar oleh anak. Peluncuran album ini juga merupakan salah satu dukungan terhadap gerakan #SafeLaguAnakIndonesia. Gerakan ini bertujuan untuk memperkaya industri musik dengan lagu yang sesuai dengan kategori konsumsi anak.
”Tujuannya agar anak-anak dapat menyanyikan lagu yang sesuai dengan usianya,” kata pemilik BigDonte Creative, Doni Teguh, saat acara peluncuran album Sejuta Pelangi Indonesia.
Album ini terdiri atas tujuh lagu yang dinyanyikan secara perseorangan ataupun berkelompok. Lagu-lagu tersebut dinyanyikan oleh lima penyanyi tunggal dan dua grup penyanyi beranggotakan tiga dan empat orang. Para penyanyi yang terlibat berusia 5-13 tahun.
Para penyanyi solo merupakan anak-anak yang dipilih melalui proses pemilihan privat. Pencipta lagu yang terlibat dalam produksi album ini mencari anak-anak dari sejumlah tempat, seperti sanggar menyanyi dan dari ajang lomba menyanyi anak.
Tur keliling
Menurut rencana, album Sejuta Pelangi Indonesia akan dipromosikan melalui tur keliling atau roadshow yang akan dilaksanakan di Jabodetabek dan Lampung. Kegiatan ini bertujuan untuk menyosialisasikan dan mengampanyekan lagu anak yang dianggap ideal dan sesuai dengan usia pendengarnya.
Album Sejuta Pelangi Indonesia akan dipromosikan melalui tur keliling atau roadshow yang akan dilaksanakan di Jabodetabek dan Lampung.
Salah satu penggagas album Sejuta Pelangi Indonesia sekaligus salah satu pencipta lagu, Cakra Dewa, mengatakan, minimnya lagu anak di industri musik Indonesia adalah karena adanya anggapan bahwa produksi lagu anak tidak bersifat komersial. Artinya, produksi dan penjualan album anak tidak diangap menguntungkan oleh sejumlah pihak.
”Untuk sekarang, album ini akan dibagikan secara gratis sebagai mock up atau contoh lagu-lagu yang anak dapat dengar. Kami belum sampai pada tahap penjualan album,” kata Cakra.
Semula, lagu dan penyanyi anak sangat populer di Indonesia pada tahun 1990-an. Acara anak-anak pun sering mendapat tempat di sejumlah kanal televisi. Namun, kini, media hiburan yang cocok bagi anak semakin sulit ditemukan.
Menurut pendiri Jingga PR and Media Firm Martha Silalahi, minimnya lagu dan penyanyi anak disebabkan oleh kelalaian dalam melihat kebutuhan seorang anak. Ia mengatakan, dari sudut pandang relasi publik, pemenuhan kebutuhan anak hanya ada pada aspek sandang, pangan, dan papan. Padahal, anak memiliki kebutuhan lain, seperti media hiburan edukatif.
Minimnya lagu dan penyanyi anak disebabkan oleh kelalaian dalam melihat kebutuhan seorang anak.
”Lagu orang dewasa itu boleh anak-anak nyanyikan asal ada pesan moralnya, misalnya lagu ’I Have a Dream’ dan ’I Believe I Can Fly’,” kata Martha. ”Kita ingin anak-anak punya memori tentang masa kecilnya di 10-15 tahun mendatang,” lanjutnya.
Menurut rencana, kerja sama akan dilakukan dengan sejumlah lembaga pemerintah, seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Menurut Doni, kerja sama tersebut penting dilakukan karena pemerintah dapat membuka akses untuk distribusi lagu anak-anak ke masyarakat luas.
Proses produksi
Proses produksi album dilakukan dalam waktu yang relatif lama, khususnya pada proses aransemen dan penciptaan lagu. Hal itu dihadapi karena para pencipta lagu merupakan orang dewasa yang harus membuat lagu sesuai dengan pola pikir anak-anak.
Sejumlah tantangan juga dijumpai dalam produksi album, seperti menjaga suasana hati penyanyi anak untuk meminimalkan kesalahan pada proses rekaman. Selain itu, stamina anak yang terbatas pun menjadi tantangan, khususnya jika proses rekaman dilakukan berulang-ulang.
”Teknik vokal anak masih dalam tahap perkembangan, makanya bisa rekaman berulang-ulang,” kata Andry Mandera, penanggung jawab bidang mastering audio album Sejuta Pelangi Indonesia. (SEKAR GANDHAWANGI)