ENDE, KOMPAS — Guru-guru di daerah minim mendapatkan pelatihan dari pemerintah daerah. Padahal, pelatihan untuk peningkatan profesi guru berkualitas yang rutin dan berkelanjutan dibutuhkan agar guru mampu mengembangkan pembelajaran yang membangun kompetisi siswa abad ke-21.
Kepala SD Inpres Ende 14 Maria LY Ana Dema di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Kamis (14/9/2018), mengatakan, kesempatan bagi kepala sekolah dan guru mendapatkan pengembangan profesi yang sesuai kebutuhan guru terbatas. Apalagi, untuk sekolah kecil dan berlokasi di pinggiran kota minim dapat perhatian.
Menurut Maria, pengembangan profesi guru dilakukan lewat gugus guru SD dengan dukungan kepala sekolah dalam satu gugus. Namun, dengan dana yang terbatas karena mengandalkan sebagian dari dana bantuan operasional sekolah, pelatihan guru dilakukan satu tahun dua kali.
”Pelatihan dilakukan di antara teman sejawat guru. Paling seputar manajemen kelas karena SD, kan, guru kelas dan membantu guru untuk memahami penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran,” ujar Maria.
Kepala SD Katolik Nangapanda 1 Martha Mariati mengatakan, saat ini ada beragam program nasional yang mesti dilaksanakan sekolah. Namun, penguatan dan pendampingan guru untuk mengimplementasikan berbagai program wajib di sekolah sering kali tidak optimal.
Martha mencontohkan, dalam mendukung gerakan literasi sekolah, guru melaksanakan ala kadarnya karena terbatasnya pemahaman dan keterampilan untuk mengimplementasikannya. Perpustakaan sekolah, misalnya, tidak mampu dimanfaatkan untuk mendukung tumbuhnya literasi dan prestasi belajar siswa.
”Adanya dukungan program perpustakaan Taman Bacaan Pelangi memberikan wawasan para guru untuk tahu strategi mengembangkan minat baca siswa. Guru tidak kebingungan karena ada pelatihan dan pendampingan. Jadi, para guru percaya diri untuk melaksanakan karena punya tempat bertanya sehingga bisa terus meningkatkan kemampuannya dalam mendorong mutu pembelajaran siswa,” ujar Martha.
Peningkatan mutu guru dengan pelatihan dan pendampingan dinilai strategis dan membuahkan perubahan pembelajaran di dalam kelas. Direktur Program Pelita Pendidikan Tanoto Founfation mengatakan pelatihan dan pendampingan yang difasilitasi oleh fasilitator guru dan dosen yang terbukti konsisten menerapkan pembelajaran aktif, menjadi salah satu kunci keberhasilan pelatihan.
"Mereka bisa menjadi model atau teman diskusi bagi guru dalam menerapkan pembelajaran aktif," ujar Dtuart
Secara terpisah, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Supriano mengatakan, peningkatan profesi guru juga jadi tanggung jawab pemerintah daerah. Karena itu, dukungan anggaran untuk program pelatihan guru yang berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran di kelas harus didukung APBD.