Indonesia memang punya segudang persoalan. Namun, di mata Tyovan Ari Widagdo (28), persoalan bangsa perlu dipecahkan dengan solusi yang tepat oleh anak-anak muda bangsa. Asal anak muda diberi ruang untuk bereksplorasi, sebenarnya anak muda bangsa bisa jadi pemecah masalah bangsa, yang dimulai dari hal sederhana.
Di usia yang belum genap 30 tahun, Tyo sudah menawarkan solusi untuk meningkatkan pendidikan dan ekonomi bagi generasi muda dan masyarakat. Bahkan dia pun sudah membbrikan beasiswa pendidikan belajar Bahaso. Melalui penguasaan bahasa asing yang dipelajari lewat aplikasi Bahaso yang diwujudkan sejak awal 2015, sekitar 400.000 orang kini bisa belajar bahasa inggris kapan saja dan di mana saja dengan biaya yang terjangkau.
Tyo berkeyakinan dengan menguasai bahasa asing, utamanya bahasa inggris, ada banyak manfaat yang diraih dalam peningkatan pendidikan dan ekonomi masyarakat Indonesia. Karena itu, kesempatan belajar bahasa asing melalui Bahaso membuat siapa saja, mulai dari anak usia sekolah, mahasiswa, profesional muda, masyarakat desa, hingga tenaga kerja indonesia di luar negeri, bisa belajar bahasa dengan lebih mudah, meskipun tidak ada tempat les bahasa asing.
"Bahaso membuat orang bisa belajar bahasa asing secara mandiri. Sekarang memang terus dalam pengembangan. Terutama untuk kesempatan praktik bahasa, termasuk dengan penutur bahasa asli atau native,"kata Tyo.
Meskipun Bahaso masih terus dalam pengembangan (bahasa inggris dan mandarin dari total 11 bahasa asing yang nantinya ditawarkan), Tyo tak berpikir meraih keuntungan finansial semata. Dia yang sejak SMA sudah membangun usaha di bidang pembuatan web, aplikasi, dan konsultan teknologi lewat PT Vemobo, justru ingin memakai Bahaso sebagai solusi untuk berkontribusi memajukan pendidikan dan ekonomi masyarakat Indonesia.
Tyo pun menyisikan keuntungan dari perusahaan keduanya, PT Bahaso Intermedia Cakrawala, untuk memberi beasiswa belajar bahasa bagi orang-orang di daerah. Hingga kini sudah 5.000 orang, utamanya siswa sekolah maupun komunitas masyarakat di berbagai daerah, yang menerima beasiswa belajar di Bahaso secara gratis.
Menurut Tyo, dia ingin mendorong masyarakat Indonesia menguasai bahasa inggris, bukan sekadar agar bisa berbahasa inggris. Ada tujuan besar lainnya di balik menguasai bahasa inggris, yakni membuka kesempatan untuk mengakses ilmu pengetahuan dan pendidikan di negara lain, serta peningkatan ekonomi karena peluang karir yang semakin bagus.
"Üntuk masyarakat di kampung dan desa, belajar bahasa inggris dapat membuka peluang agar bisa menembus pasar internasional. Sekarang kan dengan penjualan online, masyarakat desa yang punya usaha kerajinan tangan atau lainnya, bisa menjual sendiri produknya ke luar negeri. Salah satunya butuh kemampuan bahasa inggris atau asing lainnya,"ujar Tyo.
Tyo mengatakan dirinya mendapatkan manfaat dari belajar bahasa inggris. Dia bisa belajar banyak soal ilmu soal komputer sejak usia sekolah yang sumbernya banyak dalam bahasa inggris. Juga di punya kesempatan untuk menimba ilmu di luar negeri, dan perekonomiannya pun membaik.
Sejumlah prestasi pun diraihnya yakni Masuk dalam daftar ”30 Under 30” Asia oleh Majalah Forbes (2017), Pemuda Berprestasi Internasional dalam rangka Sumpah Pemuda (2017), dan Masuk dalam daftar 100 Top Inovator Dunia dari lembaga inovasi ternama YouNoodle, Amerika Serikat. Saat ini pun, Tyo diundang jadi pembicara yang terkait kepemudaan maupun pendidikan. Dalam waktu dekat dia punya jadwal jadi pembicara di Singapura dan Korea Selatan.
Tyo berkeyakinan, kesempatan yang dirasakan dirinya ini pun dapat diraih lebih banyak anak Indonesia. Apalagi ilmu pengetahuan di era digital ini mudah diakses, pun soal beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Jangan sampai kesempatan tersebut tidak dapat diraih anak-anak Indonesia karena terkendala kemampuan bahasa inggris.
Sayangnya, akses untuk bisa belajar bahasa tidak mudah karena tidak semua daerah punya tempat les bahasa. Selain itu juga mahal dan tidak fleksibel.
Belajar bahasa inggris di tempat les pun dibatasi waktu, sekitar seminggu dua kali selama 1,5 jam per pertemuan. Dengan belajar secara daring, belajar bahasa inggris dapat dilakukan kapan saja.
"Tadinya kami menargetkan peserta Bahaso belajar minimal satu jam per hari. Namun, kebiasaan belajar mandiri itu tidak berjalan. Padahal, belajar di aplikasi Bahaso didesain dengan belajar yang menyenangkan dan berkesinambungan. Ternyata dari data, orang Indonesia suka belajar dengan suasana yang ringan. Akhirnya kami luncurkan Bahaso Before Bed, yang cukup belajar sekitar 15 menit tiap hari sebelum tidur. Ternyata cara ini efektif untuk memacu semangat belajar,"kata Tyo.
Pengembangan Bahaso untuk platform belajar bahasa asing, ujar Tyo yang alumni Ilmu Komputer di Universitas Bina Nusantara Jakarta ini, juga bakal dikembangkan ke bahasa daerah. Bekerja sama dengan Kemendikbud, aplikasi Bahaso juga bisa dipakai untuk memberi akses bagi pembelajaran bahasa daerah. Hal ini juga bisa diterapkan untuk bahasa daerah yang hampir punah. Dengan demikian, bahasa daerah yang ada di Indonesia bisa didokumentasikan.
Menurut Tyo dengan bekerja di bidang yang memberi dampak pada orang banyak, dirinya merasa bersemangat. Demikian pula 25 anggota tim Bahaso yang merupakan generasi milenial berkisaran di usia 20-35 tahun, semangat dan kreatif melakukan pengembangan karena merasa punya arti dalam pekerjaan. Tyo pun kini bersiap-sipa mengembangkan usaha baru yang tetap terkait aplikasi digital.
Tyo juga aktif dalam menggagas Indonesia EdTech Association (INETA), yakni para startup teknologi bidang pendidikan. Pertumbuhan startup edukasi digital cukup menjanjikan, sekarang sekitar 60 usaha rintisan.
Tyo yakin edukasi digital di Indonesia akan semakin berkembang setelah e-commerce dan financial technology berkembang pesat. Menurut Tyo, dengan pendekatan baru, masyarakat jadi punya kesempatan belajar lebih luas.
Menurut Tyo, anak muda Indonesia punya potensi. Sistem pendidikan mesti memberikan ruang yang cukup bagi anak muda untuk bereksplorasi, menggali apa yang diminati. Pembelajaran di sekolah dikembangkan sebagai kesempatan untuk menggali potensi dengan memberikan pembelajaran berbasis proyek yang menantang.
"Änak muda yang menjadi problem solver bagi bangsa dibutuhkan,"kata Tyo.