Profesor dari Perguruan Tinggi Indonesia Didorong Berkolaborasi
Oleh
Ester Lince Napitupulu
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kolaborasi riset antara profesor Indonesia dengan profesor berkelas dunia dari dalam dan luar negeri lewat program World Class Professor atau WCP membuahkah hasil. Para profesor Indonesia berhasil meningkatkan publikasi di jurnal internasional bereputasi.
Para profesor yang menerima hibah WCP 2018 hadir dalam seminar tahunan WCP atau Annual Seminar WCP 2018 di Jakarta, Kamis (15/11/2018). Di tahun ini WCP melibatkan 115 profesor dari 30 perguruan tinggi negeri dan swasta.
Seminar tahunan WCP 2018 dibuka Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Ali Ghufron Mukti. Hadir pula antara lain Inspektur Jenderal Kemristekdikti Jamal Wiwoho, Direktur Karir dan Kompetensi SDM pada Ditjen SDM Iptek dan Pendidikan Tinggi Bunyamin Maftuh, serta Distinguished Profesor University of Technology Sydney TM Indra Mahlia.
Bunyamin mengatakan, program WCP ini mengundang para profesor dalam dan luar negeri untuk berkolaborasi dalam penulisan jurnal internasional di level Quartile 1 dan Quartile 2. Tujuannya agar guru besar atau profesor Indonesia dapat meningkatkan kualitasnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang diakui secara internasional.
Bunyamin mengatakan, WCP dibagi dalam dua skema. Pertama, skema A yang diikuti 9 PT (8 PTN dan 1 PTS) dengan jumlah 67 profesor. Kedua, sekema B diikuti 21 PT (15 PTN dan 6 PTS), dengan jumlah 48 profesor.
"Awalnya, target hanya 70 profesor. Ternyata bisa menjaring 115 profesor. Yang terlibat di WCP ini profesor dari 23 negara, di antaranya 12 profesor berkelas dunia dari dalam negeri," kata Bunyamin.
Hingga saat ini sudah ada dua publikasi di jurnal internasional. Ada pula yang submitted sebanyak 30 publikasi, dan under review sebanyak 20 publikasi.
Ghufron mengatakan, WCP ini sebagai bentuk untuk memperkuat inovasi kolaborasi dan publikasi dengan kerja sama berbagai pihak, terutama profesor. Masih banyak kesulitan publikasi yang dihadapi para dosen dan profesor.
"Bukan hanya masalah bahasa atau metodologi. Tapi juga apa yang ditulis yang menawarkan inovasi dan kebaharuan dalam iptek dan seni. Kolaborasi dengan profesor berkelas dunia dapat membantu profesor kita untuk produktif," ujar Ghufron.