JAKARTA, KOMPAS - Kurikulum kepemimpinan mendesak untuk segera diterapkan dalam sistem pendidikan. Kurikulum kepemimpinan diyakini akan mencetak para pemimpin berintegritas dan berkarakter yang mampu menjawab berbagai tantangan bangsa di masa depan.
Hal itu dikemukakan Direktur Pendidikan Dompet Dhuafa (DD) Muhammmad Syafi’ie El-Bantanie dalam seminar bertema "Memupuk Jiwa Kepemimpinan dalam Pendidikan" di kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rabu (19/12/2018). Pembicara lain di antaranya Wakil Direktur Pasca Sarjana UNJ Ivan Hanafi, Pengamat Pendidikan Adian Husaini, Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ Hafidz Abbas, dan Ketua Program Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor Adian Husaini .
Syafi’ie menyimpulkan itu berdasarkan pengalaman DD menjalankan program pendidikan selama 14 tahun belakangan. DD merupakan lembaga nirlaba yang menjalankan berbagai program di ranah pendidikan, seperti mendirikan sekolah bebas biaya, pelatihan keterampilan, beasiswa mahasiswa, program pengembangan kualitas guru, dan sekolah kewirausahaan.
Syafi\'ie memaparkan, aplikasi kurikulum kepemimpinan dalam proses pendidikan telah diterapkan divisi pendidikan DD pada program-programnya. Misalnya, pada sekolah formal yang didirikan oleh DD, yakni Smart Ekselensia Indonesia. Kurikulum yang digunakan sekolah ini memadukan konsep kurikulum nasional dan DD.
Model kurikulum yang DD kembangkan mencakup penguatan integritas peserta didik. Ini menjadi pondasi atau akar membentuk karakter peserta didik. Integritas itu lalu ditopang dengan penanaman kecendekiawanan dan kompetensi untuk menjadi pemimpin. Peserta didik diharapkan mampu menghadirkan perubahan positif di kehidupannya dan kehidupan orang lain.
"Terlalu banyak masyarakat yang gelisah terhadap permasalahan negara saat ini, tetapi tidak banyak yang turun tangan memperbaiki. Padahal, perbaikan bisa diwujudkan dengan melakukan hal kecil saja dulu dan akan berdampak besar," kata Syafi’ie.
Syafi\'ie pun berharap dapat membangun sinergi dengan pemerintah, akademisi, perusahaan, juga sesama lembaga swadaya masyarakat untuk menerapkan kurikulum kepemimpinan pada skala nasional. "Pendidikan harus menghasilkan orang baik dan mampu memperbaiki," katanya.
Ketua Program Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor Adian Husaini membenarkan bahwa kurikulum kepemimpinan dibutuhkan untuk pendidikan Indonesia. Peserta didik harus memiliki kualitas diri sebagai pemimpin.
Namun, Adian menambahkan, bukan hanya sekadar menjadi pemimpin di masa mendatang, melainkan peserta didik kelak dapat menjadi pengontrol para pemimpin. Hal itu karena mereka telah dididik perihal bagaimana seharusnya pemimpin bertindak, termasuk bagaimana menghasilkan kebijakan yang memihak rakyat.