Dari Pameran Seni di Galnas hingga Suguhan Garin Nugroho di TIM
Awal 2020, sejumlah agenda seni dapat dinikmati masyarakat, mulai dari pameran seni di Galeri Nasional Indonesia hingga pertunjukan yang disuguhkan sineas sekaligus seniman Garin Nugroho di Taman Ismail Marzuki.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
Awal tahun 2020, sejumlah agenda seni dapat dinikmati masyarakat, mulai dari pameran seni di Galeri Nasional Indonesia hingga pertunjukan yang disuguhkan sineas sekaligus seniman Garin Nugroho di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Galeri Nasional Indonesia (Galnas) dan Jakarta Illustration Visual Art (JIVA) menggelar pameran seni ”Excursion” Visual Art Exhibition 5 Years of JIVA pada 8-27 Januari 2020.
Pameran ini menampilkan karya-karya dari 19 seniman Indonesia, yaitu Deddy PAW, Ghanyleo, I Dewa Made Mustika, Ponk-Q Hary Purnomo, Syis Paindow, Tomy Faisal Alim, Jono Sugiartono, Krismarliyanti, Sri Hardana, Rengga Satria, Jason Ranti, Agustan, Kana Fuddy Prakoso, Hendrikus David Arie, Teguh Hadiyanto, Fitrajaya Nusananta, Sohieb Toyaroja, RB Ali, dan Yayat Lesmana.
Pameran yang dikuratori Frigidanto Agung ini akan dibuka pada Rabu (8/1/2020) pukul 19.00 oleh kolektor seni Melani Setiawan dengan dimeriahkan penampilan musik harpa oleh Kaylea Bondjol dan biola oleh Satriaji.
Selama Januari 2020, ada empat pameran yang digelar di Galnas. Pameran pertama adalah pameran tetap koleksi Galnas di Gedung B Lantai 2, kedua Pameran Tunggal Ugo Untoro ”Rindu Lukisan Merasuk di Badan” (20 Desember 2019-12 Januari 2020), Pameran ”Excursion” Visual Art Exhibition 5 Years of JIVA (8-27 Januari 2020), dan Pameran sekaligus peluncuran buku Dolorosa Sinaga ”Tubuh, Bentuk, Substansi” (11 Januari-11 Februari 2020).
Suguhan Garin Nugroho
Adapun di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, sineas sekaligus seniman Garin Nugroho akan menyuguhkan pertunjukan terbarunya berjudul ”Planet-Sebuah Lament” pada 17-18 Januari 2020.
”Planet-Sebuah Lament” mengisahkan tentang cerita peradaban yang dituntut mencari pangan dan energi baru. Kisah dimulai setelah tsunami, hilangnya peradaban yang menyisakan seorang manusia yang mencari harapan. Pada akhir perjalanan, lahir sebuah planet baru lewat jalan panjang penebusan seusai tsunami. Sebuah perjalanan penebusan untuk mendapatkan kembali keseimbangan alam.
Pertunjukan yang didukung Bakti Budaya Djarum Foundation, Arts Centre Melbourne, dan Asia TOPA (Asia-Pacific Triennial of Performing Arts) ini menyuguhkan tarian tubuh khas budaya Indonesia timur, dari tradisi Nusa Tenggara Timur hingga Papua dengan gerak tablo dan tubuh kontemporer yang dikoreografi Otniel Tasman dan Boogie Papeda. ”Planet-Sebuah Lament” menampilkan sederetan penari, yaitu Boogie Papeda, Douglas D’Krumpers, Pricillia EM Rumbiak, dan Bekham Dwaa dari Papua, Rianto, dan Galaby Thahira.
Gerakan ritmik para penari akan diiringi musik garapan tiga komposer muda, yaitu Septina Layan, Taufik Adam, dan Nursalim Yadi Anugerah. Selain diiringi musik, pertunjukan ini juga diperkuat dengan lantunan suara Mazmur Chorale Choir asal Kupang, paduan suara yang pernah menjuarai World Choir Games 2014 di Latvia.
Kostum para pemain ini digarap oleh Anna Tregloan dari Australia yang sekaligus juga berperan sebagai skenografer dalam pertunjukan kali ini. Para pemeran utama akan mengenakan kostum tradisional Indonesia timur yang dipadukan dengan unsur kekinian.