Tinggal Selangkah Lagi, Kebun Raya Bogor Menuju Situs Warisan Dunia
Kebun Raya Bogor masuk daftar sementara World Heritage Site atau Situs Warisan Dunia di UNESCO. Jika berhasil, status ini diharapkan bakal memperkuat perhatian dan perlindungan kebun tersebut.
Oleh
Sonya Hellen Sinombor
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS--Kebun Raya Bogor, yang merupakan kebun raya tertua di Asia Tenggara, saat ini masuk dalam nominasi di UNESCO sebagai World Heritage Site atau Situs Warisan Dunia. Kebun itu dinilai memiliki koleksi yang menggambarkan keanekaragaman hayati hutan tropis, di kawasan Fitogeografi Malesia.
Fitogeogorafi Malesia merupakan pola persebaran keanekaragaman hayati di wilayah Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Fillipina, Timor Leste, dan Papua Niugini.
“Inti Kebun Raya Bogor itu konservasi keanekaragaman tumbuhan. Dari total sekitar 320.000 koleksi, sebanyak 90 persen adalah tanaman yang mewakili kawasan fitogeografi Malesia. Hampir semua sudah di koleksi di situ,” ujar Eko Baroto Walujo, dosen Pasca Sarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Biologi Universitas Indonesia (UI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB), dalam Unjuk Bincang “500 Tahun Konservasi Tumbuhan: Batu Tulis Hingga Kebun Raya Bogor” di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (14/2/2020).
Forum yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan Kompas-Gramedia merupakan bagian dari penggalangan dukungan publik untuk pengusulan Kebun Raya Bogor sebagai situs warisan dunia. Sejak tahun 1817 kebun itu menjadi tempat koleksi dan konservasi berbagai tumbuhan di Indonesia, terutama tumbuhan dalam IUCN Red list (yang terancam punah).
Ada koleksi hidup mulai dari eksplan dalam botol, semai, hingga pohon berumur antara 10 tahun hingga 200 tahun. Dari kebun ini, lahir tumbuhan dan tanaman penting.
Menurut Eko, Kebun Raya Bogor memiliki sejarah panjang. Sekitar tahun 1870, sayuran dan buahan didatangkan dari Eropa untuk diteliti, dan diuji coba di Ciawi dan Cibodas. “Rusa di Istana itu didatangkan dari Nepal,” katanya.
Hadir juga pembicara lain, Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI R Hendrian, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Peneliti Etnobotani Pusat Penelitian Biologi LIPI M Fathi Royyani, dan penerima Penghargaan Sarwono Prawirohardjo LIPI Ninok Leksono.
Hendrian mengungkapkan pengajuan Kebun Raya Bogor sebagai Situs Warisan Dunia dirintis sejak akhir 2017, dan kini masuk nominasi. Kebun itu sudah masuk dalam daftar sementara UNESCO World Heritage Site. “Tinggal satu tahap lagi, sudah final,” ujarnya.
Pengajuan Kebun Raya Bogor sebagai situs warisan dunia, bersama dengan kota tua di Yogyakarta. “Jika berhasil, perhatian dunia dan upaya melindungi kebun raya menjadi lebih besar. Kebun bukan hanya milik Bogor, Indonesia, tetapi dunia,” katanya.
Menurut Bima Arya Sugiarto, Kebun Raya Bogor merupakan ikon Kota Bogor. Sungai Ciliwung yang membelah Istana dan kebun merupakan keistimewaan. “Di tengah kota, sebelah istana, ada sungai besar,” katanya.
Fathi Royyani menyatakan, banyak cerita menarik terkait kebun ini. Misalnya, arti kata “samida” yang dilekatkan dengan asal-susul Kebun Raya Bogor masih diperdebatkan di berbagai kalangan. Apakah "samida" berarti hutan, hutan buatan, atau kayu bakar.
Ninok mengajak generasi muda untuk ikut mendukung konservasi Kebun Raya Bogor. Ia juga berharap pengembangan Kota Bogor menjadi bagian dari konservasi kebun ini.
LIPI menggandeng perusahaan swasta untuk membenahi pengelolaan dan pelayanan tanpa merusak keanekaragaman hayati di Kebun Raya Bogor. Sejak awal Januari 2020, lembaga itu bekerja sama dengan PT Mitra Natura Raya. Hendrian menegaskan, kemitraan tersebut tidak akan mengubah jati diri kebun raya sebagai pusat riset dan konservasi.