Nadiem Makarim: Utamakan Keamanan Siswa dalam Semua Kegiatan di Luar Sekolah
Kecelakaan yang menewaskan 10 korban dalam susur sungai di SMPN 1 Turi di Sungai Sempor, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, jadi pelajaran agar sekolah mengutamakan keamanan siswa dalam kegiatan di luar sekolah.
Oleh
Ilham Khoiri
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerjunkan tim untuk menginvestigasi kasus susur sungai Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Turi di Sungai Sempor, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang menewaskan 10 siswa. Sembari menunggu hasil investigasi, tim Kemendikbud juga bekerja sama dengan pemerintah daerah serta pihak-pihak terkait untuk memastikan prioritas evakuasi dan penanganan para korban.
”Kami bersama pemerintah setempat dan pihak berwajib terjun langsung ke lapangan untuk menelusuri apa yang menyebabkan hal ini bisa terjadi,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, dalam rilis yang diterima Kompas, Sabtu (22/2/2020).
Sebagaimana diberitakan, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Turi menggelar kegiatan susur sungai di Sungai Sempor, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (21/2/2020). Sebanyak 249 siswa kelas VII dan VIII SMPN 1 Turi mengikuti kegiatan tersebut. Namun, saat susur sungai berlangsung, hujan turun dan air sungai meluap. Sebagian siswa hanyut dan tenggelam di sungai. Akibatnya, 10 siswa tewas, 21 siswa terluka ringan, 2 siswa terluka berat. Sebanyak 216 siswa selamat.
Nadiem berharap, kecelakaan di SMPN 1 Turi bisa menjadi contoh bagi setiap sekolah agar terus berhati-hati dan waspada dalam melaksanakan aktivitas di luar sekolah. ”Sekolah mesti benar-benar memastikan semua kegiatan di bawah pembinaan sekolah agar dapat mengutamakan keamanan dan keselamatan siswa. Itu yang terpenting. Jadi harus dipertimbangkan secara matang,” katanya.
Plt Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah (Paud Dikdasmen) Kemendikbud, Harris Iskandar, mengungkapkan keprihatinan atas kejadian itu dan menyampaikan belasungkawa mendalam kepada seluruh keluarga korban. ”Kami segera melakukan investigasi ke lapangan tentang penyebab terjadinya peristiwa naas ini untuk menjadi pelajaran bagi kita para pendidik semuanya di seluruh Tanah Air pada masa datang, bagaimana seharusnya menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman,” katanya.
Secara terpisah, Kepala Pusat Informasi Nasional Gerakan Pramuka Guritno mengungkapkan, Kwartir Nasional melalui Komisi Pengabdian Masyarakat terus berkoordinasi dengan tim di lapangan untuk mengetahui kabar terkini mengenai peristiwa tersebut. Siapa pun tentu tidak menghendaki tragedi tersebut terjadi.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka mengimbau kepada seluruh jajaran Gerakan Pramuka, khususnya kakak-kakak pembina, agar menerapkan pengetahuan
manajemen risiko dan bijaksana dalam memberikan kegiatan kepada peserta didiknya.
Kakak-kakak diminta agar selalu mempertimbangkan berbagai hal dan
mengutamakan keselamatan semua peserta kegiatan seperti tertuang dalam SK Kwarnas Nomor 227 Tahun 2007 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Kebijakan Manajemen Risiko dalam Gerakan Pramuka. ”Gerakan Pramuka memiliki komitmen untuk mengelola risiko sebagai upaya untuk mencapai tujuan, serta memaksimalkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program dalam lingkungan yang aman dan praktis, dirancang untuk mencegah kerusakan, kerugian, luka, atau kehilangan,” katanya.