Murid Ingin Sesi Belajar Daring Semaksimal Pembelajaran di Kelas
Murid dan pengajar di banyak sekolah di wilayah terdampak penyakit Covid-19 mulai belajar secara daring. Meski mereka siap, kegiatan belajar-mengajar diharapkan tidak terhalang gangguan server atau internet.
Oleh
ERIKA KURNIA/SHARON PATRICIA
·5 menit baca
Senin (16/3/2020) pagi, Najwa, murid kelas VIII salah satu sekolah menengah pertama negeri di Jakarta Timur, menulis rangkuman pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di buku tugas. Berbeda dari hari Senin sebelumnya, aktivitas yang biasa ia lakukan bersama teman dan guru di kelas kini dilakukan sendiri di rumah dengan ditemani ponsel pintar.
Hal itu berlaku sejak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan menutup sementara sekolah untuk mencegah persebaran virus korona jenis baru. Penutupan sekolah itu berlaku sejak hari Senin ini hingga akhir Maret 2020.
Untuk mengganti pembelajaran di kelas, oleh pihak sekolah, Najwa dan teman-temannya diberikan jadwal baru untuk sesi belajar secara daring. Kelas yang biasanya dimulai pukul 06.30 dan berakhir pukul 12.00 dengan tiga mata pelajaran setiap hari sekolah, selama dua minggu ke depan akan berlangsung mulai pukul 07.00 sampai pukul 13.30 dengan dua mata pelajaran.
Melalui info di grup Whatsapp pada Senin pagi, murid dan guru diminta mengakses halaman Google Classroom. Di sana, guru mata pelajaran terkait akan menyediakan materi belajar dan penugasan secara online atau daring. Adapun murid-murid, yang bergabung sesuai kelas dan mata pelajarannya, diminta mengerjakan tugas yang diarahkan guru.
”Hari ini ada mata pelajaran PKn (Pendidikan Kewarganegaraan), diberi tugas belajar dari dokumen presentasi yang dibagikan guru. Jatuhnya kayak belajar sendiri. Belum ada tugas, mungkin karena masih percobaan,” ujar Najwa.
Remaja berusia 14 tahun itu mengaku masih bingung dengan pembelajaran secara daring tersebut meskipun penggunaan laman kuis atau ujian daring pernah digunakan untuk mendukung kegiatan belajar. Najwa pun berniat mengakses aplikasi atau video pembelajaran daring lainnya ketika ada materi yang tidak dipahami.
Adapun murid sekolah lain seperti Tiara mengharapkan guru bisa memberikan sesi mengajar yang interaktif, bukan hanya mengandalkan penugasan yang harus dikerjakan murid.
”Guru paling enggak bisa kasih video penjelasan dengan papan tulis, seperti di kelas. Belajar dengan guru di kelas saja kami kadang enggak mengerti, misalnya pelajaran Matematika dan Fisika yang hitung-hitungan. Bagaimana kalau online?” ujar murid kelas X tersebut.
Remaja 16 tahun tersebut mengaku cukup beruntung karena memiliki ponsel sendiri dan kuota internet yang diisi tiap bulan dengan dana Kartu Jakarta Pintar. Namun, ia mengkhawatirkan adanya masalah server atau akses internet yang bisa menghambat sesi belajar secara daring.
Belajar dengan guru di kelas saja kami kadang enggak mengerti, misalnya pelajaran Matematika dan Fisika yang hitung-hitungan. Bagaimana kalau online?
Saling menyesuaikan
Tidak hanya murid, tenaga pengajar juga masih perlu menyesuaikan pola mengajar secara daring. Meski demikian, kondisi ini diharapkan bisa melatih kemandirian murid dan meningkatkan interaksi murid dengan orangtua.
Oktavianus Jeffrey Budiarto, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di sekolah menengah di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengatakan perlu menyesuaikan cara belajar demi keselamatan dan keberlangsungan pembelajaran.
Sejauh ini di Provinsi DIY, proses belajar-mengajar di tingkat universitas swasta maupun negeri atau di tingkat sekolah yang tidak sedang menjalani ujian nasional masih akan dibahas lebih lanjut dan diputuskan hari Senin ini.
Dalam mendukung pembelajaran secara daring yang kemungkinan akan diterapkan, Jeffrey akan menggunakan platform grup Whatsapp, Kahoot, dan Google Classroom.
Meski demikian, ia mengakui, terkadang kuota internet dan sinyal menjadi tantangan dalam pembelajaran daring karena tidak semua siswa memiliki ponsel pintar dengan RAM besar.
Selain itu, interaksi dan perjumpaan antara guru dan siswa pun menjadi berkurang. Maka, pembelajaran daring dinilai hanya untuk alternatif, bukan untuk benar-benar menghilangkan tatap muka secara langsung.
Apabila nantinya proses belajar-mengajar terpaksa dilakukan secara daring, menurut Jeffrey, keadaan ini merupakan momentum bagi siswa untuk melatih kemandirian. Motivasi belajar siswa menjadi diuji di tengah situasi ini.
”Lagi pula, era ini, kan, guru bukan lagi sumber primer pengetahuan. Sekolah bukan lagi sekadar gedung dan kelas tidak lagi dibatasi tembok. Guru harus bisa memberikan pedoman supaya pembelajaran terarah dan siap diklarifikasi jika murid menemukan sumber materi yang diragukan validitasnya,” katanya.
Era ini, guru bukan lagi sumber primer pengetahuan. Sekolah bukan lagi sekadar gedung dan kelas tidak lagi dibatasi tembok. Guru harus bisa memberikan pedoman supaya pembelajaran terarah dan siap diklarifikasi jika murid menemukan sumber materi yang diragukan validitasnya.
Jeffrey pun berharap para orangtua murid dapat menjalankan fungsi sebagai pendidik pertama dan utama. Dalam situasi sekarang, orangtua diharapkan dapat mendampingi anak-anaknya untuk memastikan mereka aman, sehat, dan tetap belajar.
”Blessing in disguise juga ini, semua seperti ’dipaksa’ kembali ke rumah. Berkumpul, saling meneguhkan, saling bercerita keresahan masing-masing sembari menunggu bumi memulihkan diri,” ujar Jeffrey.
Layanan belajar gratis
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mengaku dapat memahami kebijakan pemerintah daerah untuk menghentikan sementara aktivitas bersekolah terkait penyebaran penyakit Covid-19.
”Dampak penyebaran Covid-19 akan berbeda dari satu wilayah ke wilayah lain. Kami siap mendukung kebijakan yang diambil pemda,” ujar Mendikbud di Jakarta, Sabtu (14/3/2020), melalui rilis resmi.
Tak hanya itu, ia juga mendukung perusahaan penyedia platform pembelajaran berbasis teknologi yang berkomitmen membantu siswa di wilayah terdampak Covid-19 untuk belajar secara mandiri.
Sejumlah pihak yang fokus mengembangkan sistem pendidikan secara daring dan akan memberikan bantuan antara lain Google Indonesia, Kelas Pintar, Microsoft, Quipper, Ruangguru, Sekolahmu, dan Zenius.
Content Associate Manager Quipper Hanani Faiza dalam keterangan resmi yang sama menjelaskan, pihaknya akan memberikan akses dan materi gratis bagi sekolah, guru, dan siswa. Guru dan sekolah dapat menggunakan layanan mereka untuk memberikan tugas dan ujian sekaligus memonitor hasil kerja siswa.
Layanan ini termasuk video, modul, dan kumpulan soal ujian nasional dan ujian tulis berbasis komputer seleksi masuk mandiri peguruan tinggi negeri untuk guru SMP dan SMA di seluruh Indonesia.
Belva Devara, Chief Executive Officer (CEO) dan Pendiri Ruangguru, juga mengumumkan pembukaan Sekolah Online Ruangguru Gratis. Layanan itu mencakup semua mata pelajaran sesuai kurikulum nasional mulai dari kelas I SD hingga kelas XII (IPA dan IPS), yang dipandu Master Teachers Ruangguru.
Melalui program ini, siswa dapat mengikuti pembelajaran jarak jauh secara daring setiap hari Senin sampai Jumat pukul 08.00-12.00 WIB, layaknya sekolah seperti biasa.
CEO Zenius Rohan Monga juga menyatakan platformnya turut membantu siswa mempersiapkan ujian nasional dan ujian tulis berbasis komputer.
”Kami siap membantu kelancaran proses pembelajaran dengan memberikan akses gratis ke lebih dari 80.000 video pembelajaran agar siswa bisa mendapatkan proses belajar mandiri yang terstruktur,” ujar Rohan, seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (16/3/2020).
Jika sebelumnya belajar secara mandiri dianggap tidak terarah dan terukur, kini, menurut Rohan, murid sekolah dapat tetap bisa belajar mandiri di rumah dengan efektif dan efisien, serta terarah dan terukur.