Guru dan Orangtua Pegang Peran Inti Belajar Mengajar Jarak Jauh
Pemerintah mengimbau meniadakan kegiatan belajar-mengajar tatap muka di sekolah dan diganti dengan metode dalam jaringan di rumah. Orangtua dan guru memegang peran kunci dalam pembelajaran daring.
JAKARTA, KOMPAS — Realisasi kegiatan belajar-mengajar dalam jaringan tidak selalu berjalan mulus. Setiap sekolah dan orangtua memiliki cara kreatif yang berbeda-beda agar anak tetap mau belajar di rumah.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengimbau agar bekerja dan belajar di rumah. Sejalan dengan hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendukung pengoptimalan kegiatan belajar dalam jaringan (daring). Upaya ini diharapkan mampu mengurangi potensi penyebaran virus korona baru, penyebab penyakit Covid-19.
Titi (33), ibu rumah tangga asal Tangerang Selatan (Banten), menceritakan memiliki seorang anak perempuan yang duduk di kelas 1 di salah satu madrasah ibtidaiyah di Tangerang Selatan. Anaknya menjalankan belajar di rumah mulai Senin (16/3/2020) sampai dua minggu mendatang. Wali kelas telah memberikan agenda beserta materi pelajaran dan tugas kepada setiap orangtua.
”Semua orangtua murid mengambil bundel kertas agenda beserta materi pelajaran dan tugas ke sekolah pada Senin (16/3/2020). Itu agenda berlaku satu minggu. Jadi, orangtua murid harus melaporkan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar kepada guru, seperti berbentuk foto dan video interaktif,” ujarnya saat ditemui, Selasa (17/3/2020), di Tangerang Selatan.
Kunci sukses belajar di rumah terletak pada peran guru dan orangtua.
Menurut Titi, segala komunikasi interaktif orang tua, guru, dan siswa melalui WhatsApp. Apabila ada tugas yang mengharuskan video, misalnya pekerjaan rumah menanam tanaman, orangtua mengunggahnya ke tablet siswa. Ketika kelas masuk nanti, guru akan mengoreksi.
Dia menilai, apabila orangtua tidak disiplin mendampingi anak, pelaksanaan belajar di rumah tidak akan optimal. Padahal, saat bersamaan, dirinya juga harus mengerjakan pekerjaan domestik lainnya, seperti mengurus bayi. Suami pun juga harus mengerjakan pekerjaan kantor di rumah.
”Tantangan berikutnya ada di anak. Dia merasa tidak berangkat ke sekolah berarti tidak perlu belajar di rumah. Kemarin, dia maunya bangun siang dan baru mengerjakan tugas yang telah diagendakan guru,” katanya.
Narenda (35), wirausaha di Bintaro, Tangerang Selatan, mempunyai pandangan senada. Orangtua harus disiplin dulu sehingga bisa menularkan kepada anak. Selain itu, karakter dan usia anak memengaruhi kelancaran belajar di rumah. Salah seorang anaknya yang masih duduk di kelas 1 SD kadang-kadang murung sehingga dia dan istri harus menemani. Sementara seorang anaknya yang lebih besar sudah mandiri dan disiplin.
Kedua anak Narenda sama-sama bersekolah di sekolah internasional di Bintaro. Per Selasa (17/3/2020) hingga dua pekan mendatang, kedua anaknya belajar dari rumah dengan metode daring. Misalnya, guru akan menyelenggarakan kelas virtual berbentuk konferensi video dalam jaringan sehingga murid-murid lain ikut berpartisipasi. Bahan materi sudah ada di laman. Dia mengaku, sebagai orangtua yang tidak membiasakan anaknya menggunakan komputer (zero tech policy) di rumah, anak merasa agak kaku ketika kemarin mulai mengikuti pembelajaran daring.
Baca juga: Gotong Royong Mengoptimalkan Kegiatan Belajar-Mengajar Daring
”Setiap pagi pukul 07.30-08.00 guru akan melakukan briefing hal-hal apa saja yang harus dikerjakan hari itu. Ini dilakukan lewat konferensi video dalam jaringan. Sekitar pukul 12.00 guru kembali muncul melalui konferensi video guna mengevaluasi.”
Kartika (34), konsultan hubungan masyarakat asal Depok (Jawa Barat), menceritakan, banyak wali murid, termasuk dirinya, mengetahui arahan pemerintah meniadakan kegiatan belajar-mengajar (KBM) di sekolah dari media massa. Pemberitahuan dari pihak sekolah datang mendekati hari pelaksanaan belajar di rumah. Anak sulung dia sekarang duduk di kelas 2 sekolah dasar.
Di Depok, peniadaan KBM di sekolah berlangsung mulai 16 Maret hingga 27 Maret 2020. Pihak guru menginformasikan laman ataupun aplikasi edukasi yang dapat diunduh orangtua. Mereka juga memberikan tugas dari buku mata pelajaran pegangan. Ketika anak belajar, orangtua mendokumentasikan lalu dikirim ke guru.
”Saya dan suami bahu-membahu membuatkan jadwal belajar, istirahat, mengerjakan tugas dari guru, dan mengunduh soal dari aplikasi edukasi. Aplikasi edukasi ini bersifat melengkapi saja. Intinya, ya dari tugas-tugas guru yang disebarluaskan melalui WhatsApp grup orangtua,” ungkapnya.
Dengan adanya belajar di rumah, Kartika bersama suami menjadi ”beban” ganda. Ditambah lagi, dia dan suami juga mengerjakan pekerjaan di rumah.
”Pusing sih. Kondisi sekarang membutuhkan dukungan satu anggota dengan lainnya dalam keluarga. Saya dan suami sudah komitmen saling bantu agar belajar di rumah ini lancar,” kata Kartika.
Kendala sekolah
Kesiapan setiap sekolah tak kalah beragam dalam menyikapi arahan Presiden Joko Widodo untuk meniadakan KBM di sekolah.
Guru mata pelajaran Pendidikan Al Quran di SMP Al Azhar 25 Tangerang Selatan, Achmad Al Farisi, menceritakan, sejak 2019, sekolah sudah mulai membiasakan KBM daring dengan mengandalkan interaksi melalui internet. Pada tahun yang sama, SMP Al Azhar 25 Tangerang Selatan melaksanakan ujian tengah semester dan ujian akhir semester daring. Guru-guru mau tidak mau dituntut melek internet.
”Dengan situasi seperti sekarang, guru dan murid leluasa melaksanakan pembelajaran sama waktu. Guru memasukkan materi-materi ajar beraneka bentuk dan soal latihan ke Google Classroom, lalu kami berikan kode akses kepada siswa. Apabila butuh tatap muka, kami mengaktifkan aplikasi Zoom Cloud Meeting,” ujarnya.
Achmad menambahkan, dengan memanfaatkan aplikasi Zoom Cloud Meeting, dia pun bisa mengambil nilai praktik membaca Al Quran. Selama dua pekan mendatang, pembelajaran samawaktu akan mengoptimalkan Google Classroom dan Zoom Cloud Meeting. Hanya saja, pihak SMP Al Azhar 25 Tangerang Selatan membatasi tiga mata pelajaran setiap hari. Pulsa internet ditanggung siswa dan orangtua.
Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) M Ramli Rahim mengklaim, sejak 2016 IGI telah mengembangkan pelatihan mengajar daring ke guru-guru anggota di 34 provinsi. Total guru peserta mencapai sekitar 1,5 juta orang dalam kurun tiga tahun.
Selama pelatihan tersebut, guru-guru anggota diperkenalkan dengan aneka aplikasi edukasi dan platform digital lain yang bisa dimanfaatkan mengajar. Secara khusus di DKI Jakarta, guru-guru memakai sejumlah aplikasi, yakni Edmodo, Zoom Cloud Meeting, Google Classroom, Microsoft Teams, Quipper, dan elearning.kemenag.go.id.
Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriwan Salim menyampaikan, salah satu kendala adalah masih ada pemerintah daerah meminta guru tetap masuk meskipun sudah ada arahan Presiden Joko Widodo agar meniadakan KBM di sekolah, contohnya di Kabupaten dan Kota Bogor. Kendala lainnya adalah kualitas jaringan internet.
Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Gogot Suharwoto menyampaikan, materi pelajaran khusus SMK di aplikasi dan laman Rumah Belajar milik Kemenkdikbud masih terbatas. Hal ini disebabkan banyaknya jurusan yang dipunyai oleh SMK.
Kendati demikian, Kemendikbud selalu berusaha menambah materi baru sesuai hasil penilaian setiap tahun, baik melalui survei maupun langsung, dari duta dan sahabat Rumah Belajar. Tim juga berupaya mendampingi guru yang kini memanfaatkan Rumah Belajar.
Kemendikbud memantau ada kenaikan lalu lintas penggunaan Rumah Belajar sejak Senin (16/3/2020). Pada hari normal, rata-rata jumlah pengguna Rumah Belajar hanya 20.000 orang. Akan tetapi, kini bisa mencapai 300.000 pengguna sehari.
”Kunci sukses belajar di rumah terletak pada peran guru dan orangtua. Sekolah beserta guru harus tetap mengarahkan target pembelajaran di rumah dan ikut memantau. Sementara orangtua mendampingi agar anak tetap ikut target dari guru,” kata Gogot.
CEO Kelas Pintar Fernando Ufie menyampaikan, salah satu tantangan perusahaan adalah menjamin konten yang akan dipelajari siswa di aplikasi edukasi tetap sama dan sesuai kurikulum di sekolah. Sejak Senin (16/3/2020) terjadi lonjakan lalu lintas penggunaan aplikasi Kelas Pintar sampai 50 persen.
”Kami telah menambah kapasitas jaringan yang diperkirakan cukup hingga Desember 2020,” ujarnya.