Guru Butuh Pelatihan agar Pembelajaran Jarak Jauh Lebih Efektif
Perpanjangan waktu pembelajaran jarak jauh menuntut guru harus lebih kreatif agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan dengan baik, dan tidak jenuh. Guru membutuhkan pelatihan dan panduan untuk itu.
Oleh
Yovita Arika
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua minggu pertama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar jarak jauh secara umum berjalan lancar meski di sejumlah tempat ada kendala akses teknologi dan jaringan internet. Dengan adanya perpanjangan waktu dua minggu hingga dua bulan ke depan, sejumlah guru membutuhkan panduan dan pelatihan agar dapat memberikan pembelajaran jarak jauh dengan lebih baik.
Keterbatasan akses teknologi dan juga jaringan internet membuat sejumlah siswa tidak bisa optimal mengikuti kegiatan belajar mengajar jarak jauh. Di tengah keterbatasan tersebut, kemampuan guru memberikan pembelajaran jarak jauh juga terbatas, apalagi tidak ada persiapan secara khusus untuk ini.
Demikian benang merah pendapat Sara Tania, guru SDN Sukamaju Baru 02, Depok, Jawa Barat; Paryati, Kepala SDN Candirejo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta; Ahmad Nana Mahmur, Kepala SMAN 9 Tangerang Selatan, Banten; dan Robertus Margana, guru SMAK Regina Pacis, Solo, Jawa Tengah, yang dihubungi secara terpisah, Selasa (31/3/2020).
Sejumlah siswa hanya bisa mengakses telepon seluler milik orangtua dengan fasilitas pemanggilan dan pesan singkat, itu pun kalau pulsanya mencukupi.
Sara dan Paryati menghadapi tantangan yang sama, sejumlah siswa hanya bisa mengakses telepon seluler milik orangtua dengan fasilitas pemanggilan dan pesan singkat, itu pun kalau pulsanya mencukupi. Selain itu, tidak semua orangtua siswa tahu cara menggunakan teknologi dan berada di rumah saat kegiatan belajar mengajar jarak jauh berlangsung.
Kondisi tersebut menyebabkan penyampaian materi pelajaran tidak bisa optimal, belum lagi menghadapi siswa yang bosan dengan model pembelajaran seperti itu. Mereka pun harus menyesuaikan kondisi siswa saat menyampaikan materi pelajaran. Mengirimkan video bahan ajar dan juga video cerita harus sering dilakukan meski tidak semua siswa dapat dengan mudah mengaksesnya.
”Yang penting tidak memberatkan siswa. Biasanya saya minta mereka mengerjakan tugas saja, pembelajarannya bisa ditonton atau diputar (video) apabila punya pulsa. Jika pun tidak tahu cara memutarnya, dengarkan saja rekaman suara ibu guru dalam menyampaikan tugas. Jika masih tidak bisa, tidak apa-apa, yang penting siswa tahu tentang soal pelajaran yang sedang berlangsung,” kata Sara.
Dengan kondisi yang demikian, kata Sara, guru memang harus kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, termasuk juga mengomunikasikan materi pelajaran kepada orangtua siswa. Meski sejauh ini kegiatan belajar mengajar jarak jauh dapat berjalan, dengan perpanjangan waktu ini guru membutuhkan pelatihan agar kegiatan belajar mengajar jarak jauh bisa lebih efektif.
”Guru perlu pelatihan. Tapi pelatihannya juga harus dipertimbangkan dari berbagai macam sisi sehingga kegiatan belajar mengajar jarak jauh pun bisa menyentuh dari daya kemampuan orangtua,” kata Sara.
Kemampuan guru
Paryati pun mengatakan, meskipun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyediakan sejumlah platform dan kanal pembelajaran daring, kemampuan guru untuk mengaplikasikannya di kelas jarak jauh juga berbeda-beda. ”Guru sangat membutuhkan panduan KBM jarak jauh, terutama (guru) seperti kami yang di desa dan minim fasilitas ini,” katanya.
Menurut Ahmad Nana Mahmur, di sekolahnya para guru telah melaksanakan pembelajaran daring menggunakan sejumlah aplikasi, termasuk Rumah Belajar Kemendikbud dan Saba Banten yang dikembangkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Banten dari portal Rumah Belajar. Meskipun demikian, guru tetap membutuhkan pelatihan untuk menambah wawasan dan strategi dalam menghadapi pembelajaran jarak jauh.
Dia mengatakan, meski tidak menghadapi kendala akses teknologi dan internet, sering kali ada kendala komunikasi antara guru dan siswa, selain juga masalah kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran daring. ”Guru harus lebih inovatif dalam memberikan pembelajaran jarak jauh sehingga anak-anak bisa dengan senang dan mampu memahami apa yang diberikan,” katanya.
Robertus Margana beruntung memiliki grup Whatsapp dengan teman-temannya semasa kuliah. Dalam grup itu, mereka berbagi informasi dan metode pembelajaran daring yang efektif untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar jarak jauh. ”Ada teman yang menjadi pelatih sehingga dapat berbagi metode pembelajaran daring kepada kami (anggota grup lainnya). Meskipun begitu, guru membutuhkan pelatihan atau panduan agar pembelajaran daring dapat berjalan lebih baik,” katanya.
Menurut Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemdikbud Harris Iskandar, KBM jarak jauh membutuhkan kreativitas guru dan orangtua dalam mengeksplorasi cara belajar anak. Terlebih, karena banyak kendala fasilitas teknologi dan koneksi internet. ”Kami sarankan pendidikan kecakapan hidup untuk dieksplorasi sehingga tidak harus belajar secara daring,” ujar Harris dalam laman Kemendikbud, 26 Maret 2020.
Dia mengimbau para kepala dinas pendidikan agar membuat aturan lebih detail tentang metode pembelajaran di rumah selama masa pandemi Covid-19. ”Perlu ada penekanan kembali dari kepala dinas pendidikan agar metode belajar di rumah tidak hanya terpaku pada capaian akademik ataupun fokus pada kemampuan kognitif saja. Guru dan orangtua juga harus memberikan pendidikan yang bermakna, termasuk memahami pandemi Covid-19,” kata Harris.