Perbaiki Kualitas Pendidikan, Mendikbud Siapkan Lima Strategi Pembelajaran Holistik
Indonesia mengalami masalah serius dalam hal pelayanan kualitas pendidikan dari negara-negara lain. Pada PISA 2018, Indonesia berada di peringkat ke-66 dari 79 negara.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyiapkan lima strategi pembelajaran holistik untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu acuan pengukuran kualitas adalah memperbaiki nilai Programme for International Student Assessment atau PISA Indonesia.
”Kelima strategi itu meliputi transformasi kepemimpinan sekolah, pendidikan dan pelatihan guru, mengajar sesuai tingkat kemampuan siswa, standar penilaian global, serta kemitraan daerah dan masyarakat sipil,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Jumat (3/4/2020), di Jakarta.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) akan mulai berlaku tahun depan. AKM berfungsi mengukur kinerja sekolah berdasarkan literasi dan numerasi siswa. Nadiem menganggap, dua kompetensi itu inti dan menjadi fokus tes internasional, seperti PISA.
PISA merupakan metode penilaian internasional untuk mengukur kompetensi siswa. Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menyebutkan, pada PISA 2018, rentang skor Indonesia di ketiga bidang yang diujikan adalah 371-396 alias di bawah rata-rata global, yakni 500.
Untuk kemampuan membaca, Indonesia menorehkan skor 371 sehingga berada di peringkat ke-74. Untuk kemampuan matematika, Indonesia mencatatkan skor 379 sehingga berada di peringkat ke-73. Adapun untuk kemampuan sains, Indonesia memiliki skor 396 sehingga berada di peringkat ke-71.
Hasil ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-66 dari 79 negara. Pada 2016, Indonesia berada di peringkat ke-62 dari 70 negara (Kompas.id, Jumat 3 Maret 2020).
Guru belum paham
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo, saat dihubungi terpisah, menyambut baik lima strategi pembelajaran holistik yang dimiliki Kemdikbud. Kendati demikian, pemerintah harus menyelesaikan dulu persoalan-persoalan di lapangan seputar implementasi pengajaran yang mengacu pada PISA.
Sebagai contoh, belum semua guru di Indonesia memahami cara bagaimana mengomunikasikan soal-soal PISA ke dalam pembelajaran sehari-hari di kelas. Sebab, mereka belum diberi pelatihan terkait hal ini.
”Pada saat menjelang pelaksanaan ujian nasional sekitar sebulan lalu, sejumlah guru telah diperkenalkan soal ujian yang mengandung muatan PISA. Hal seperti ini semestinya diberikan secara berkelanjutan kepada guru sehingga mereka bisa mengomunikasikan ke siswa. Jika guru harus latihan sendiri, mereka tidak siap,” ujarnya.
Heru menambahkan perlunya ditumbuhkan keterampilan berpikir inovatif dan kritis pada siswa. Caranya adalah mengajarkan keterampilan tersebut ke semua mata pelajaran, tak melulu menyangkut ilmu pengetahuan alam.
Sebelumnya, pada hari yang sama, Presiden Joko Widodo meminta para menteri mengevaluasi sistem pendidikan nasional secara menyeluruh. Salah satu yang perlu dievaluasi adalah ujian nasional (UN).
”Pada rapat terbatas 23 Maret lalu, kita telah memutuskan untuk membatalkan UN 2020. Saya lihat ini menjadi momentum untuk merumuskan ulang sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional, apakah dalam pengendalian mutu pendidikan secara nasional hanya menggunakan UN atau kita juga bisa menggunakan standar internasional seperti PISA,” tutur Presiden dalam pembukaan rapat terbatas di Istana Bogor, Jumat.
PISA adalah program ujian siswa usia 15 tahun berskala internasional dalam kemampuan membaca, matematika, dan sains. Tujuannya adalah untuk mengukur kualitas pendidikan di suatu negara, sekaligus menjadi bahan evaluasi kebijakan pemerintah.