Kreatif Manfaatkan Ruang Virtual di Tengah Keterbatasan akibat Korona
Ruang virtual di platform dalam jaringan menjadi kanal produksi dan mendistribusikan karya seni di tengah pembatasan sosial karena Covid-19. Untuk itu, perlu kreativitas yang lebih luwes daripada biasanya.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Pemerintah terus mengimbau segala bentuk kegiatan seni dan kreativitas diupayakan berlangsung di ruang virtual untuk mendukung pembatasan sosial karena pandemi Covid-19. Upaya tetap berkarya dengan cara seperti itu diharapkan berdampak luas.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Hilmar Farid, dalam konferensi video, Selasa (7/4/2020), di Jakarta, mencontohkan pertunjukan seni dalam jaringan (daring) dapat diproduksi secara sederhana dan melibatkan seminimal mungkin orang. Saat proses editing ataupun penambahan grafis, pekerja seni tetap bisa berkolaborasi dengan pekerja kreatif lain.
”Bantuan sosial bisa cepat habis dikonsumsi. Kita harus memiliki strategi jangka panjang agar kebutuhan ekonomi mereka tetap terpenuhi. Saya menyebutnya upaya yang bisa menghasilkan trickle down effect,” ujarnya.
Untuk kelompok seniman seni tradisi, Hilmar akan mendorong unit pelaksana teknis di bawah dinas pendidikan dan kebudayaan berperan mengajak mereka tetap berkarya, tetapi melalui daring. Berdasarkan data Koalisi Seni Indonesia terdapat sekitar 181 acara seni dibatalkan pada April 2020. Dia memperkirakan jumlahnya lebih. Apalagi di tingkat kabupaten/kota, kelompok seniman seni tradisi biasanya diundang mengisi acara apa pun, termasuk ulang tahun kabupaten/kota.
”Menggelar acara virtual di platform daring memang logikanya berbeda dengan pertunjukkan tatap muka. Kendati demikian, upaya itu tetap harus berjalan. Penggalangan dana bantuan kepada seniman pun bisa melalui pertunjukkan daring,” ujarnya.
Sejak Jumat (3/4/2020), Kemdikbud membuka pendaftaran bagi pekerja seni yang terdampak secara ekonomi karena pembatasan sosial oleh pandemi Covid-19. Hingga kemarin siang, Hilmar menyebutkan, sudah ada sekitar 40.081 orang mendaftar. Jumlah itu dibagi dua kategori, yakni penerima bantuan melalui program keluarga harapan (PKH) dan kartu prakerja.
Untuk kategori pertama, pendaftar memenuhi persyaratan punya penghasilan di bawah Rp 10 juta per bulan, tidak memiliki pekerjaan di luar seni, sudah berkeluarga, dan belum ikut PKH. Jumlah pendaftar yang masuk kategori ini mencapai sekitar 11.873 orang.
Sementara kategori kedua, pendaftar merupakan pekerja seni dengan penghasilan di bawah Rp 10 juta per bulan, tidak memiliki pekerjaan di luar seni, belum berkeluarga, dan belum ikut kartu prakerja. Jumlah pendaftar di kategori ini mencapai sekitar 22,76 persen dari keseluruhan.
Pendataan seperti itu akan dibuka sampai 8 April 2020. Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud akan berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator bidang Perekonomian dan Kementerian Sosial untuk menindaklanjuti penyaluran bantuan.
Hilmar mengakui, selain Direktorat Kebudayaan Kemdikbud, ada kementerian atau lembaga lain melakukan pendataan seniman yang terdampak secara ekonomi. Misalnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Kota Malang, dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Situasi ini berpotensi menimbulkan data ganda.
”Dana abadi kebudayaan tetap akan disuntikkan tahun ini dan baru dipakai tahun mendatang. Untuk menyokong selama pandemi Covid-19, kami memakai dana fasilitas bidang kebudayaan. Pemerintah daerah bisa amat berperan menggelontorkan dana bantuan juga,” imbuh Hilmar.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud Ahmad Mahendra mengatakan, pertunjukkan daring bukan hanya disiarkan melalui ”Budaya Saya”, akun YouTube milik Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan bisa melalui akun komunitas seni lainnya. Sebagai contoh, M Bloc Space.
”Kami terbuka kepada komunitas seni dan seniman yang mau bekerja sama menyiarkan pertunjukan daring. Hal yang harus diingat, konten di platform daring tak melulu pertunjukan. Mereka bisa menampilkan kelas dan pameran virtual,” ujarnya.
Pria yang akrab dipanggil Mahendra itu menceritakan, masa pembatasan sosial karena pandemi Covid-19 dimanfaatkan oleh seniman dari kategori seni tertentu untuk meletupkan ide kreatif. Asosiasi dokumenteris yang anggotanya tersebar di 25 provinsi berencana membuat konten dokumenter 20 menit tentang kondisi di masyarakat.
Selain itu, Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (TVRI) dikabarkan bersedia memperkuat pemelajaran jarak jauh (PJJ), utamanya menyangkut seni. Sebagai komitmen, TVRI menyediakan slot jam tayang mulai pukul 08.00.
Mahendra memperkirakan, setelah pemulihan pandemi Covid-19, pemanfaatan media daring sebagai ruang pertunjukkan akan tetap berjalan. Ada kemungkinan, cara berkarya seperti itu menjadi budaya baru.
Kreatif saat sulit
Co-Founder & Program Director M Bloc Space Wendi Putranto menceritakan, pihaknya menggelar gerakan #kreatifdisaatsulit sejak sekitar sepekan lalu. Program ini berkolaborasi dengan para kreator, seniman, wirausaha, dan pelaku kreatif lainnya. Program dikemas dalam wujud bincang-bincang dan konser musik.
”Gerakan #kreatifdisaatsulit ingin syiar bahwa situasi sesulit apa pun tetap harus disikapi optimistis, kreatif, dan berkarya,” kata Wendi.
Di setiap acara disisipkan ajakan penggalangan dana melalui KitaBisa.com untuk membantu menyediakan masker dan alat pelindung diri bagi tenaga medis. Selain itu, M Bloc Space tengah mempersiapkan bantuan langsung bagi para pekerja kreatif harian yang mengalami berbagai pembatalan acara karena pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19.