Pada awalnya saya menduga ”bekerja dari rumah” atau ”kerja dari rumah” merupakan terjemahan harfiah dari konstruksi bahasa Inggris work from home yang akhir-akhir ini populer bersamaan dengan maraknya pemberitaan virus korona baru. Rupanya dugaan saya tidak sepenuhnya benar karena beberapa tahun yang lalu pun ”bekerja dari rumah” sudah digunakan penutur bahasa Indonesia. Di Google pada 2015 sudah ada data ”bekerja dari rumah siapa takut” dan pada 2017 ditemukan data ”untuk kerja dari rumah”. Masih banyak lagi contoh setipe yang tersebar di media daring dalam tahun-tahun kemarin.
Apa keunikan ”bekerja dari rumah”? Uniknya adalah kemunculan kata dari alih-alih di. Saya akan memperlihatkan bahwa pemilihan dari terkait juga dengan unsur pragmatik atau konteks situasi. Konteks sangat diperlukan dalam pemahaman makna bahasa. Bisa pula dikatakan bahwa bahasa tidak semata-mata urusan struktural, tetapi harus dilihat dalam pemakaiannya.
Kemunculan kata depan dari umumnya dalam bahasa Indonesia dikaitkan dengan predikat (verba: kata kerja). Verba ini menyatakan asal atau ada peralihan/perpindahan (yang bisa terwujud dalam subyek/obyek/pelengkap/keterangan). Umpamanya, ”Dia berasal dari Tasik”, ”Abang Gosend yang mengirimkan paket ini dari toko Rahayu”, dan ”Kami datang dari daerah terpencil”.
Sementara itu, dalam ”bekerja dari rumah” verbanya, yakni bekerja, tidak demikian. Sebab itu, dalam situasi tanpa konteks atau konteks ”normal”, penutur lebih memilih preposisi di: ”bekerja di rumah”. Jika demikian, terkait dengan pemilihan preposisi dari alih-alih di dalam ”bekerja dari rumah”, pastilah sistem bahasa kita memiliki aturan lain, bukan semata-mata bergantung pada urusan struktural predikat atau verbanya.
Pemilihan penggunaan preposisi dari atau di dalam konstruksi ”bekerja dari rumah” ternyata berkaitan juga dengan faktor pragmatik. Penutur bahasa memilih kata dari ketika terjadi konteks situasi peralihan ruang, yakni peralihan/perpindahan keterangan tempat, yang seharusnya kantor beralih ke rumah. Peralihan tersebut diwujudkan dengan preposisi dari. Jika biasanya peralihan berkaitan dengan verba, kali ini hal tersebut berkaitan dengan konteks situasi. Jadi, preposisi dari dalam ”bekerja dari rumah” tetap mewakili peralihan atau perpindahan, hanya berbeda faktor yang menghadirkannya.
Sistem tata bahasa yang bisa melibatkan faktor pragmatik memungkinkan penutur bahasa tidak harus membuat kalimat parafrasa panjangnya. Lihatlah betapa ribet kita kalau harus selalu membuat konstruksi panjangnya ”kita bekerja untuk kepentingan kantor dari rumah” dalam pemakaian bahasa, misalnya. Cukup konteks situasi yang membuat pemahaman tersebut karena peralihan ruang terwakili dalam kata yang pendek: dari.
Dalam situasi serbadigital sekarang, belanja pun cukup dari rumah, bukan melulu di pasar lagi. Pun anak-anak belajar bisa dari rumah, bukan melulu di sekolah, pada masa penjarakan badan ini. Ada faktor situasi yang memungkinkan penutur memilih kata dari alih-alih di. Sistem bahasa kita memang luar biasa dan itu memudahkan kita dalam berbahasa.