Belum Semua Sekolah Siap Jalani Normal Baru
Dunia pendidikan nasional tertatih menghadapi normal baru. Keragaman kondisi sekolah beserta siswa dan guru membuat penerapan normal baru tidak bisa disamaratakan.
JAKARTA, KOMPAS - Untuk menghadapi normal baru dunia pendidikan, tidak semua sekolah siap dengan protokol kesehatan yang ketat. Hal itu menimbulkan keresahan di kalangan tenaga pendidik. Sementara pada saat bersamaan, pemerintah daerah dan pusat belum satu suara terkait teknis pelaksanaan normal baru dunia pendidikan yang ideal.
Wakil Kepala SMA Negeri 6 Jakarta bidang Hubungan Masyarakat, Husniwati, menceritakan, guru rindu kembali mengajar di sekolah. Akan tetapi, siswa dan orang tua ragu. Mereka khawatir ada tidaknya jaminan kesehatan ketika kembali ke sekolah.
"Kalau wastafel, sabun cuci, termometer tembak, kami menyediakan. Namun, kondisi anak di jalan, saat naik kendaraan umum, dan bercanda dengan temannya, kami tak bisa pastikan mengikuti protokol kesehatan atau tidak. Urusan jaga jarak ini masih diragukan bisa sukses atau tidak," kata dia saat dihubungi Selasa (2/6/2020) di Jakarta.
Semuanya resah menghadapi normal baru dunia pendidikan.
Kepala SMA Labschool Jakarta Suparno Sastro mengaku, semuanya resah menghadapi normal baru dunia pendidikan. Dia menggambarkan, ketika ada satu anak kena demam berdarah, sekolah langsung melakukan penyemprotan dan pembersihan sana sini. Seandainya ada satu warga sekolah positif Covid-19, upaya yang dilakukan jauh lebih besar.
"Banyak sekali fasilitas yang harus dipersiapkan jika proses pembelajaran diterapkan tatap muka. Hal ini tentu memakan biaya yang cukup besar disamping proses skrining kesehatan harus dilakukan setiap hari," ujar dia.
Keresahan lainnya menyangkut pendampingan belajar dan kegiatan pengembangan diri siswa. Suparno bercerita, kebanyakan guru resah kedua aktivitas tersebut tidak akan bisa maksimal dilakukan.
Dari Jawa Timur, Kepala SMA Selamat Pagi Indonesia Kota Batu, Malang, Risna Amalia menceritakan, sekolah yang dia pimpin memiliki asrama. Selama pandemi Covid-19, sebagian siswa pulang ke rumah dan sebagian tetap tinggal di asrama. Pembelajaran dilakukan jarak jauh oleh guru dari luar kompleks sekolah dan asrama. Kegelisahan utama menyangkut kesehatan siswa yang masih tinggal di dalam asrama.
"Kami belum akan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Semua pembelajaran sampai penilaian dilakukan secara daring sampai akhir tahun 2020. Kami memastikan kondisi benar - benar aman," ujar Risna.
Di Jawa Tengah, guru SD Negeri 2 Plososari, Kendal, Widi Astiyono, mengatakan, sekolah tempatnya bertugas berada jauh dari perkotaan, yakni di kaki Gunung Perahu. Sekolah belum ada dana untuk melengkapi sarana prasara sesuai protokol kesehatan normal baru dunia pendidikan. Dana bantuan operasional juga terbatas.
"Sekolah tempat saya bertugas itu hanya mempunyai kran air biasa tanpa wastafel. Namun, secara edukasi, kami telah mempersiapkan dan sudah memberikan arahan kepada segenap warga sekolah tentang pola hidup sehat secara berkala," ujar dia.
Menurut Widi, kendala utama pembelajaran jarak jauh adalah tidak semua siswa memiliki ponsel pintar yang memadai untuk belajar secara daring, bahkan masih ada yang belum memiliki gawai. Sejauh ini komunikasi guru sekolah dilakukan melalui orangtua murid.
Dia menyebutkan, di Kendal, jumlah warga mengalami positif Covid-19 mencapai 10 orang. Delapan orang diantaranya sudah sembuh, satu orang masih dirawat, dan satu orang lainnya masih diisolasi mandiri. Adapun jumlah orang dalam pemantauan mencapai sekitar 317, sedangkan pasien dalam pemantauan 84. Kendati demikian, secara pribadi, dia berharap pemerintah tidak terburu-buru dalam membuka kembali sekolah karena sangat berisiko. Pemerintah bisa menunda dulu membuka sekolah sampai kondisi stabil atau tidak adalagi kasus baru yang terpapar Covid-19.
"Keresahan kami, para guru dan siswa, lainnya adalah pembelajaran jarak jauh. Jika harus mengandalkan metode daring, akses internet kami bermasalah," ujar Widi.
Guru SMA Negeri 7 Lhokseumawe, Aceh, Jon Darmawan, mengatakan, sekolah tempat dia bertugas siap mengikuti protokol kesehatan semampu institusi ketika normal baru pendidikan di sekolah jadi benar - benar dilakukan. Sekolah hanya mempunyai dana bantuan operasional. Bantuan lain belum ada, termasuk alat pelindung diri bagi warga sekolah. Tidak ada pembangunan fasilitas kesehatan lain. Sekolah mengandalkan wastafel dan sabun.
Saat ini sekolah mengikuti Intruksi Gubernur Aceh Nomor 08/INSTR/2020 tanggal 30 Mei 2020 tentang Perpanjangan Masa Kegiatan Belajar Dari Rumah sampai tanggal 20 Juni 2020. Jadi, selama masa tersebut tidak ada kegiatan di sekolah secara manual.
Ketua Ikatan Guru Indonesia Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, Nur Alim, menceritakan, hampir setiap sekolah di kabupaten itu belum mempunyai alat pengukur suhu badan, sabun cuci tangan, dan fasilitas lainnya penunjang protokol kesehatan.
Pemerintah daerah belum memutuskan akan menggunakan metode pembelajaran dari dua pilihan yang ada. Pilihan pertama, tetap membuka pembelajaran di sekolah dengan risiko kesehatan terancam. Pilihan kedua, pembelajaran dilangsungkan jarak jauh dengan risiko keterbatasan guru dan orangtua dalam menggunakan teknologi digital, tetapi risiko kesehatan bisa diminimalkan. Nur menduga, pemerintah kabupaten masih menunggu keputusan dari pusat.
Sikap dinas
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Dewi Sartika, menyampaikan, pihaknya telah menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Kegiatan Pelayanan Pendidikan pada SMA/SMK/SLB se-Jawa Barat mulai tanggal 2 Juni hingga 10 Juli 2020. SOP yang ditetapkan 30 Mei 2010 ini sesuai dengan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kemdikbud Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.
SOP Kegiatan Pelayanan Pendidikan pada SMA/SMK/SLB se-Jawa Barat mulai tanggal 2 Juni - 10 Juli menyasar ke peserta didik, guru, kepala dan manajemen sekolah, dan pengawas. Untuk peserta didik, mereka kembali harus menjalankan belajar di rumah mulai dari 2 - 18 Juni 2020. Pembagian rapor dilakukan tanggal 19 Juni.
Lalu, 22 Juni - 10 Juli adalah peserta didik masuk periode libur dan pendaftaran peserta didik baru (PPDB). Pada rentang waktu yang sama, kepala sekolah dan manajemen harus membentuk satgas penanganan Covid-19, SOP tata cara masuk sekolah, hingga menyiapkan infrastruktur sesuai protokol kesehatan. Mereka juga harus menyiapkan pelaksanaan kurikulum dan model pembelajaran tahun pelajaran 2020/2021 sesuai protokol kesehatan, misalnya jadwal masuk model shift, tatap muka dan daring, serta pemetaan guru dalam penugasan.
"Di Jawa Barat, kami menyebutnya adaptasi kebiasaan baru. SOP yang dibuat itu sementara masih sampai bulan Juli 2020," ujar Dewi.
Dia menambahkan, untuk fasilitas sesuai protokol kesehatan, sekolah membuat Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS). Salah satu sumber anggarannya dari dana bantuan operasional.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana saat dihubungi terpisah, menegaskan, sekolah akan dibuka pada kondisi aman dari penyebaran Covid-19. Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat Dinas Pendidikan DKI Jakarta Sonny Juhersoni menambahkan, hingga sekarang belum ada petunjuk teknis penerapan normal baru dunia pendidikan untuk sekolah - sekolah di bawah dinas.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Suratno, mengemukakan, untuk menuju normal baru pendidikan, peraturan bupati sedang disiapkan. Dinas pendidikan telah menyiapkan draft petunjuk pelaksana. Namun, semuanya itu baru terlaksana setelah ada rekomendasi dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19.
"Sekolah - sekolah saat ini sedang merancang kebutuhannya untuk menghadapi normal baru pendidikan. Kami sudah mengarahkan seperti itu," tutur dia.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Hamid Muhammad saat dikonfirmasi, mengatakan, pihaknya baru akan membahas dengan dinas - dinas pendidikan. Keputusannya akan dikeluarkan minggu ini.
Buat daftar
Guru Besar Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, Anita Lie, mengatakan, dirinya juga mengkhawatirkan kesiapan sekolah-sekolah menghadapi normal baru. Ada dua opsi yaitu sekolah mulai normal baru di sekolah dan terus melanjutkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sampai Desember 2020.
Anita berharap, Kemdikbud bisa mengeluarkan checklist kesiapan sekolah. Dalam situasi darurat seperti sekarang, pengukuran capaian pendidikan secara normal tidak bisa digunakan. Hal terpenting sekarang adalah sukacita anak untuk belajar tidak sampai hilang. Lalu, urusan esensial selama proses belajar anak tetap bisa dipelihara.
Baca juga: Pembukaan Kembali Sekolah Perlu Kajian Mendalam
"Kondisi darurat seperti sekarang akan menimbulkan akibat serius. Misalnya, digital divide semakin lebar," kata dia.
Digital divide adalah kesenjangan antara mereka yang mempunyai kemampuan akses dan pengetahuan terhadap penggunaan teknologi, dengan mereka yang tidak punya kemahiran menikmati peluang teknologi.