UGM dan UI mulai mengkaji sistem perkuliahan tatap muka dan daring. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi situasi normal baru.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Memasuki tahun ajaran baru 2020/2021, sejumlah perguruan tinggi mulai mengkaji pekuliahan secara tatap muka maupun model perkualiahan campuran antara tatap muka dan daring. Untuk perkuliah secara tatap muka, perguruan tinggi berkomitmen mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah.
Perguruan tinggi yang mulai mengkaji model perkualiahan campuran antara lain Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Indonesia (UI).
Kepala Pusat Inovasi dan Kajian Akademik UGM Hatma Suryatmojo menjelaskan, pihaknya mengkaji kemungkinan penerapan perkuliahan pada Tahun Ajaran 2020/2021. Perkuliahan di semester ganjil yang akan dimulai bulan September mendatang akan dilakukan secara daring hingga pertengahan semester. Jika kondisi memungkinkan, selanjutnya perkuliahan akan digelar secara tatap muka.
“Rencananya semester depan setengah semester pembelajaran daring hingga ujian tengah semester. Setelah itu kami berharap sudah bisa masuk kelas. Jika kondisi tidak memungkinkan berarti satu semester perkuliahan akan dilakukan secara daring,” jelas Hatma, Rabu (3/06/2020), di Yogyakarta.
Secara terpisah, Rektor UI Ari Kuncoro menjelaskan, UI kemungkinan akan menggunakan model perkuliahan campuran antara sistem daring dan tatap muka. Jika dilakukan secara tatap muka, perkuliahan digelar dengan protokol kesehatan yang ketat. Kapasitas kelas tidak boleh sampai seratus persen. Untuk itu, perkuliahan bisa diatur secara bergantian. Setengah mahasiswa belajar di kelas, setengahnya lagi belajar berkelompok secara daring di rumah.
"Dosennya pun tidak perlu harus selalu mengajar di dalam kelas, bisa juga mengajar dari kantornya ataupun dari rumah, khususnya bagi mereka yang sudah sepuh,” kata Ari.
Ari menambahkan pelaksanaan konferensi ilmiah juga akan dilakukan melalui sistem daring dengan menyediakan sertifikat elektronik. UI kemungkinan juga akan menerapkan sistem graduate assistantship. Dalam sistem ini, para asisten dosen akan direkrut dari lulusan/alumni untuk membantu dosen senior melaksanakan perkuliahan dengan sistem daring.
Dukungan untuk dosen
Sebelum merebaknya pandemi Covid-19, UGM telah memiliki fasilitas sistem pembelajaran daring di antaranya berupa elok.ugm.ac.id dan elisa.ugm.ac.id serta simaster.ugm.ac.id. untuk administrasi akademik. Di samping itu, setiap fakultas dan sekolah di UGM juga telah memiliki satuan tugas yang bertanggung jawab dalam mendukung pengembangan proses pembelajaran secara daring. “Ini merupakan program pelatihan yang dilakukan akhir tahun lalu. Jadi, kita sudah memiliki sistem pendukung di semua fakultas,” kata Hatma.
Sejak 23 Maret lalu, UGM menerapkan pembelajaran daring seiring diberlakukannya pembatasan maksimal kegiatan di kampus.
Dalam sebuah survei yang melibatkan ribuan mahasiswa dan dosen sebagai responden, sebanyak 80 persen mahasiswa mengutarakan bahwa dosen mampu menyampaikan materi secara daring dengan kualitas yang serupa dengan ketika kuliah dilaksanakan di dalam kelas. Sementara itu, sebanyak 60 persen dosen juga mengaku cukup familiar dengan sistem pembelajaran daring.
“Hasil ini lumayan bagus, berarti sivitas UGM sendiri cukup cepat menguasai,” kata Hatma.
Meski demikian untuk mempersiapkan para dosen memasuki semester yang baru, di bulan Juni dan Juli ini, UGM juga akan memberikan pelatihan tambahan bagi dosen untuk dapat meningkatkan keterampilan dan mengoptimalkan menu-menu pada aplikasi interaktif daring. “Harapannya ini memberi bekal untuk kuliah di semester mendatang,” kata Hatma.
Dengan beragam fasilitas yang telah dimiliki, menurut Hatma, UGM siap untuk menghadapi normal baru. Pandemi virus corona tidak menjadi penghalang bagi kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat untuk tetap dilangsungkan.
KKN Daring
Bila kegiatan pendidikan dan pengajaran dilakukan secara daring atau virtual, begitu pun dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Direktur Pengabdian Kepada Masyarakat UGM Irfan D Prijambada, menyampaikan, dalam kondisi normal UGM biasanya menerjunkan mahasiswanya secara langsung dan berkelompok untuk mengabdi di desa-desa dan tinggal selama dua bulan membaur dengan masyarakat.
Namun, di tengah pandemi Covid-19 pelaksanaan KKN dilakukan secara daring dari indekos atau rumah masing-masing mahasiswa di bawah bimbingan dosen pembimbing lapangan (DPL). Tema KKN akan disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.
“Secara umum KKN dilakukan secara daring, sebab, tidak memungkinkan dalam kondisi sekarang mahasiswa ke lapangan dan tinggal di tempat KKN selama 2 bulan,” jelas Irfan.
Pada periode antarsemester ini, sebanyak 354 mahasiswa UGM mengikuti KKN Peduli Covid secara daring mulai 4 Mei - 22 Juni 2020. Adapun daerah sebaran KKN berlokasi di 18 desa yang berada di wilayah DIY meliputi Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunungkidul, dan Kotamadya Yogyakarta.
Sebelumnya, UGM juga telah melaksanakan KKN secara daring sejak merebaknya wabah Covid-19 di tanah air. Hingga saat ini KKN daring Peduli Covid-19 telah memasuki periode ke-6.
Irfan mengungkapkan, para mahasiswa difokuskan untuk mengedukasi masyarakat tentang pencegahan, penanganan, dan mitigasi Covid-19. Pelaksanaan KKN secara daring pun rencananya masih akan dilaksanakan pada periode berikutnya. (ELN/*)