Masuk Kuliah Mundur, Paling Cepat Mulai Pertengahan Semester
Perkuliahan di kampus diperkirakan baru akan dimulai paling cepat pada pertengahan semester I pada Oktober-November 2020. Perkuliahan di kampus akan dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan dan pembatasan sosial.
Oleh
Yovita Arika
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perguruan tinggi menyiapkan tatanan baru untuk perkuliahan pada tahun ajaran 2020/2021. Hingga pertengahan semester I atau hingga Oktober-November 2020, perkuliahan diselenggarakan secara daring. Dalam kondisi normal, perkuliahan semester I biasanya dimulai pada Agustus-September.
Perkuliahan di kampus paling cepat dimulai mulai pertengahan semester I, tetapi kemungkinan tidak bisa diikuti seluruh mahasiswa secara bersamaan karena tetap harus memperhatikan jarak sosial dan protokol kesehatan. Kuliah di kampus diprioritaskan bagi mahasiswa vokasi dan mahasiswa lainnya yang membutuhkan praktikum dan mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir.
”Jalan satu-satunya, ya, blended learning (memadukan perkuliahan daring dengan tatap muka di kampus). Blended learning dalam arti khusus untuk mengurangi pertemuan fisik,” kata Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Budi Djatmiko di Jakarta, Jumat (12/6/2020).
Meski belum ada keputusan, Universitas Indonesia juga kemungkinan akan menggunakan sistem campuran. Egia Etha Tarigan dari Humas UI mengatakan, Rektor UI Ari Kuncoro telah menyampaikan hal tersebut dalam sebuah diskusi daring, beberapa waktu lalu. Dengan protokol kesehatan yang harus dipenuhi, kelas tidak akan mungkin terisi kapasitas 100 persen oleh mahasiswa.
Dengan metode campuran, dimungkinkan juga akan dilakukan sistem graduate assistant. Dalam sistem ini, para asisten dosen akan direkrut dari lulusan/alumnus untuk membantu para dosen senior melaksanakan perkuliahan dengan sistem daring. Dosen senior (sepuh) diprioritaskan untuk tetap mengajar dari rumah.
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pun menetapkan karyawan, termasuk dosen yang masuk kelompok berisiko terinfeksi Covid-19, diprioritaskan untuk tetap bekerja dari rumah meski layanan akademik dan nonakademik di UGM akan dimulai pada 15 Juni nanti. Mereka yang termasuk kelompok berisiko diukur dari usia, sedang hamil atau tidak, serta memiliki penyakit, seperti diabetes, kardiovaskuler, dan kanker.
Tes kesehatan
Selain itu, kata Komandan Satgas Penanggulangan Covid-19 UGM Rustamaji mengatakan, semua karyawan dan mahasiswa dari luar DIY harus mengikuti tes cepat (rapid test) terlebih dahulu. Karyawan akan masuk dengan sistem sif, demikian juga mahasiswa akan mulai kuliah secara bertahap.
”Untuk mahasiswa baru, dalam bayangan kami, mereka akan dihadirkan (mulai kuliah di kampus) setelah kondisi membaik. Ya, memang akan ada sedikit kesulitan untuk pembelajaran daring karena di SMA, kan, mereka belum sempat melakukan. Akan ada kegagapan-kegagapan, tetapi sedang kami siapkan supaya tidak gagap,” kata Rustamaji dalam diskusi daring bertema ”New Normal di Kampus UGM”, Kamis (11/6/2020).
Karena itu, pelatihan pembelajaran sukses bagi mahasiswa baru (PPSMB) atau masa orientasi dan pengenalan kampus bagi mahasiswa baru akan diselenggarakan secara daring. Perkuliahan di kampus mulai pertengahan semester merupakan opsi paling optimistis.
Rustamaji memastikan, saat perkuliahan di kampus dimulai lagi, semua infrastruktur untuk mendukung pelaksanaan protokol kesehatan dan pembatasan sosial sudah siap. Dia mengimbau, semua mahasiswa dan sivitas akademika untuk membekali diri dengan alat pelindung diri, seperti masker minimal dua, cairan pembersih tangan (hand sanitizer), dan tanda pengenal diri.
”Kalau wajah sebagian tertutup masker tentu akan sulit mengenali satu per satu. Karena itu, pemakaian ID card (kartu identitas diri) sangat penting. Untuk mahasiswa bisa kartu mahasiswa dengan cara dikalungkan agar mudah dikenali,” tuturnya.
Budi menambahkan, Aptisi juga telah mengimbau perguruan tinggi swasta yang tergabung dalam Aptisi untuk menyiapkan tatanan baru dengan sudut pandang baru. Ini mulai dari penyiapan protokol kesehatan untuk perkuliahan dan aktivitas lainnya di kampus hingga memformulasi ulang administrasi di kampus.
”Protokol kesehatan harus dipatuhi, infrastruktur untuk pelaksanaan protokol kesehatan ini harus disiapkan. Memang akan berbiaya besar, juga PTS harus membayar dosen lebih banyak karena ketentuan jarak fisik (sehingga jumlah peserta kuliah dibatasi),” kata Budi.