Festival Hari Buku Nasional Melibatkan Pelaku Literasi Daerah
Festival Hari Buku Nasional pertama akan diadakan di Banten pada 26-30 Mei 2021. Pegiat literasi lokal akan dilibatkan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Merayakan Hari Buku Nasional yang jatuh pada 17 Mei, Ikatan Penerbit Indonesia atau Ikapi akan menyelenggarakan Festival Hari Buku Nasional. Pegiat literasi di daerah akan dilibatkan, mulai dari aktivis, komunitas, perpustakaan, hingga taman bacaan.
Festival Hari Buku Nasional (FHBN) akan berlangsung pada 26-30 Mei 2021 di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten. FHBN akan diadakan setiap tahun secara bergiliran di daerah-daerah dan FHBN tahun ini adalah penyelenggaraan yang pertama.
Ketua Umum Ikapi Arys Hilman Nugraha, Kamis (20/5/2021), mengatakan, Banten menjadi tuan rumah pertama karena memiliki tokoh-tokoh literasi berpengaruh di masa lalu. Beberapa di antaranya adalah Syekh Nawawi al-Bantani dan Husein Jayadiningrat.
Selain itu, aktivitas penerbitan buku di Banten juga tergolong tinggi. Perpustakaan Nasional mencatat, Banten memiliki 1.502 lembaga yang aktif mengajukan pendaftaran nomor buku standar internasional (ISBN). Pengajuan dilakukan sekitar 250 lembaga per tahun, baik oleh perusahaan penerbit buku, yayasan, perguruan tinggi, sekolah, asosiasi, hingga lembaga pemerintah.
”Kultur literasi di Banten kuat sehingga cocok menjadi lokasi penyelenggaraan FHBN pertama. Tahun depan kami akan berkeliling ke provinsi-provinsi untuk menggali potensi literasi yang ada di sana,” kata Arys pada telekonferensi pers.
Adapun FHBN tahun ini akan berlangsung secara hibrida, yakni campuran dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring). Transaksi buku bisa dilakukan di lokapasar (marketplace) Ikapi. Ada sekitar 150 perusahaan penerbit yang akan berpartisipasi.
Kultur literasi di Banten kuat sehingga cocok menjadi lokasi penyelenggaraan FHBN pertama. Tahun depan kami akan berkeliling ke provinsi-provinsi untuk menggali potensi literasi di sana.
Festival ini juga akan melibatkan penulis, pembaca, komunitas, taman bacaan masyarakat, perpustakaan, industri, hingga pemerintah daerah. Pelibatan seluruh ekosistem perbukuan diharapkan mendongkrak minat baca masyarakat.
Survei Indeks Perpustakaan Nasional RI menunjukkan bahwa indeks kegemaran membaca di Indonesia pada 2016 masih 26,5. Nilai indeks meningkat menjadi 55,74 pada 2020.
”Ini peluang bagi penerbit, aktivis, dan pegiat literasi untuk tampil. FHBN di Banten memberi tempat untuk konten lokal. Kami harap partisipasi penerbit di Banten akan menjadi lebih besar,” kata Arys.
Kegiatan lain
Selain pameran buku, panitia menggelar diskusi buku, seminar, pertunjukan budaya, hingga gelar wicara. Ketua Panitia Pelaksana FHBN Wahyu Rinanto menyebut bahwa sekitar 90 persen pengisi acara berasal dari Banten.
”Festival akan berjalan dengan protokol kesehatan. Petugas diminta mengganti masker tiga jam sekali, petugas dan pengunjung wajib menggunakan cairan pembersih tangan. dan dites suhu badannya. Jumlah pengunjung dari pesantren terpaksa dibatasi karena antusiasme mereka tinggi. Ini untuk menghindari kerumunan,” tutur Wahyu.
Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Fatah Sulaiman mengapresiasi kegiatan ini. Ia siap mendukung jalannya festival. ”Ini momentum membangkitkan tradisi intelektual di Banten,” ujarnya.