Situasi pandemi Covid-19 yang terkendali di Surabaya, Jawa Timur, mendorong kegiatan seni budaya aktif lagi, terutama pameran seni rupa.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
Pandemi Covid-19 dinyatakan terkendali. Pengetatan mobilitas sosial dikendurkan, termasuk dalam pameran seni rupa di Surabaya, Jawa Timur. Pameran menjadi pelepas dahaga sebagian masyarakat yang sudah rindu ingin melihat dan mengapresiasi seni rupa.
Lihatlah, misalnya, pameran First Jump yang berlangsung pada 14-28 Mei 2022 di Galeri Faber-Castell, Jalan Raya Tenggilis, Surabaya. Pameran menghadirkan 40 lukisan siswa siswi kelas menggambar ZumenArt yang berusia 3-16 tahun. Cuma seorang yang sudah dewasa, dokter berusia 39 tahun, yang turut memamerkan satu karya.
Lukisan yang dipamerkan ada yang dihasilkan dari goresan pensil hitam (sketsa), pensil warna, krayon, cat air, cat minyak, dan kombinasi. Seperti temanya, pameran yang tertutup itu lebih untuk mengapresiasi siswa siswi kelas menggambar agar lebih banyak berkarya di masa depan.
First Jump atau lompatan perdana seolah pepatah perjalanan besar dimulai dari satu langkah.
Lihatlah lukisan Batman karya James Ethan Widjaja yang seolah ingin meniru kartu remi. Karakter Batman setengah badan berada di atas dan di samping tertera huruf B dan ikon spade (sekop). Joker setengah badan terbalik dan berada di bawah serta tertera huruf J dan ikon spade.
Bagi penikmat film Batman, mungkin agak mudah menebak fantasi sang pelukis bahwa si pahlawan super dan Joker merupakan kesatuan. Tiada Batman tanpa Joker. Meski Batman memiliki beragam musuh, tetapi yang dinyatakan ”abadi” terutama Joker.
Dalam semesta Batman, sementara ini, cuma Joker, sosok penjahat yang memiliki film sendiri, berjudul Joker, produksi 2019 oleh DC Films dan melambungkan keandalan akting Joaquin Phoenix.
Ada karya lain yang berjudul Autobiografi Marilyn Monroe karya Katrina Agatha. Sosok dalam lukisan itu sebenarnya bukan tokoh idola sang pelukis. Katrina, siswi SMA Kristen Petra 2, senang melukis Marilyn Monroe karena sosok yang amat populer dalam perfilman Amerika Serikat.
Kecantikan, kepopuleran, dan kehidupan kontroversial, sejauh yang diketahui oleh Katrina, mendorongnya untuk melukis sosok itu. ”Marilyn Monroe, bagi saya, menarik sekali untuk dilukis meski dari foto di internet,” kata Katrina.
Heti Palestina Yunani, kurator pameran, mengatakan, karya mengingatkan semua untuk tidak mengabaikan kemampuan berfantasi, berimajinasi. Karya-karya itu terinspirasi dari buku cerita, komik, film, foto, dunia yang khas dan dekat dengan anak-anak. Pameran diadakan juga untuk memperingati Hari Buku Nasional yang diperingati setiap 17 Mei.
Seluruh gagasan, karya, dan penemuan nyaris selalu berawal dari fantasi yang ditopang kekuatan esensial manusia. Dalam fantasi ada pengamatan, ingatan, perasaan, daya cipta, analisis, dan sintesa.
Tanpa berfantasi, sulit bagi manusia untuk terus melahirkan kekaguman dan kemajuan peradaban. ”Karya-karya yang dipamerkan adalah sebuah kekuatan lompatan masa depan yang tak terkira,” ujar Heti.
Kontemplasi
Di Galeri Prabangkara, Taman Budaya Jawa Timur, Jalan Gentengkali, Surabaya, sebanyak 20 lukisan dipamerkan dalam tema Kontemplasi. Pameran berlangsung pada 20-26 Mei 2022 dan diikuti oleh 14 pelukis dari Komunitas Perupa Jawa Timur (Koperjati).
Karya-karya yang dipamerkan adalah sebuah kekuatan lompatan masa depan yang tak terkira.
Penulis tertarik dengan karya Budiamin yang diberi judul Mens sana in Corpore Sano?. Karyanya berupa lukisan akrilik pada kanvas dengan tambahan pernak pernik sehingga lebih mendekati instalasi.
Dalam bingkai lingkaran, di bagian pusat adalah wajah lelaki yang dari mulutnya keluar untaian tulisan hoax, serapah, dusta. Mata tersambung dengan buku-buku melalui saluran kecil. Buku-buku kecil itu antara lain berjudul Dark Psychology, Sosiologi Agama, Kritik Ideologi, dan Kenali Deritanya.
Budiamin tampaknya ingin mengingatkan sisi kelam pengetahuan yang bisa dimuntahkan oleh manusia menjadi informasi bohong, menyesatkan, dan membodohi.
Lukisan lainnya karya Lukmanul Hakim yang berjudul Quality Time. Di sana tergambar seorang lelaki bertelanjang dada duduk santai sambil jarinya mengapit rokok linting. Di sebelahnya duduk sang anak lelaki sambil memeluk mainan senapan dari pelepah daun pisang.
Dia bercanda dengan anak perempuan yang kepalanya sedang diusap oleh sang ibu. Di atas mereka terlukis lambang media sosial, yakni Instagram, YouTube, Whatapps, dan Facebook.
Proses kreativitas akan terus jalan biarpun situasi masih belum menentu.
Lukmanul tampaknya ingin mengingatkan bahwa waktu berkualitas saat berkumpul dalam keluarga adalah ketika saling menyapa, canda, tawa, ngobrol, dan bersentuhan. Berkumpul, tetapi setiap orang asyik dengan gawai dan sabak bukan temu yang berkualitas.
Agus ”Koecink” Sukamto, perupa dan penulis seni rupa, mengatakan, pandemi mengakibatkan 2 tahun manusia hidup dalam ketidakpastian. Pandemi mengubah cara hidup manusia, termasuk dalam berkesenian dan berkehidupan sehari-hari.
Merenung dan kontemplasi adalah memandang kembali peristiwa manusia dengan semesta. Manusia agar selalu hidup dalam keseimbangan dan keselarasan agar berkesinambungan alias lestari. ”Proses kreativitas akan terus jalan biarpun situasi masih belum menentu,” kata Agus.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim Sinarto mengatakan, sejumlah pameran yang diadakan kembali oleh komunitas, perupa, seniman budayawan, atau pemerintah merupakan keinginan untuk bangkit dari pandemi.
”Bergerak lagi setelah pandemi dengan harapan aspek berkesenian kembali produktif,” ujarnya.