Palapa Ring Bisa untuk Jaringan Cadangan
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah memastikan proyek jaringan tulang punggung serat optik nasional Palapa Ring dapat berfungsi sebagai jaringan cadangan (back up) bagi jaringan tulang punggung yang sudah terbangun. Operator penyelenggara jaringan juga bisa memanfaatkannya untuk membangun jaringan akses sampai ke pelosok daerah. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Jumat (27/1), di Jakarta, mengatakan, Proyek Palapa Ring berfungsi sebagai peta biru pembangunan jaringan tulang punggung serat optik yang diinisiasi pemerintah. Pemakaiannya bisa pula berfungsi sebagai jaringan cadangan terhadap infrastruktur yang sudah ada. "Kalau peta pembangunan jaringan akses, operator penyelenggara jaringan pasti punya. Kami belum evaluasi titik-titik mana yang belum terpasang jaringan akses serat optik. Kami hanya fokus ke jaringan tulang punggung antarkabupaten atau kota," ujar Rudiantara. Proyek Palapa Ring terdiri dari tiga paket, yakni Paket Barat, Paket Tengah, dan Paket Timur. Paket Barat menjangkau wilayah Riau dan Kepulauan Riau dengan total panjang kabel serat optik sekitar 2.000 kilometer. Paket Tengah menghubungkan wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara dengan total panjang kabel serat optik 2.300 kilometer. Adapun Paket Timur menyambungkan, antara lain, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, dan Papua Barat. Total panjang kabel serat optik mencapai sekitar 6.300 kilometer. "Sejauh ini, pelaksanaan proyek masih sesuai jadwal. Paket Barat dan Tengah sudah mulai pembangunannya. Untuk Paket Timur, kami harapkan bulan Maret 2017 sudah terjadi financial closed," katanya. PutusSecara terpisah, Vice President Corporate Communication PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Arif Prabowo mengatakan, sambungan kabel serat optik bawah laut Sarmi- Jayapura kembali putus dan sekarang dalam perbaikan. Sambungan ini termasuk dalam jaringan tulang punggung pita lebar serat optik Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS) yang menjangkau delapan provinsi dan 34 kabupaten di kawasan timur Indonesia. Kedelapan provinsi tersebut, antara lain, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Nilai investasi proyek SMPCS sekitar Rp 3,6 triliun. Penyebab putusnya hingga sekarang diduga karena ada seismik titik volkano bawah laut. Akibatnya, lalu lintas internet di dua area itu terganggu. (MED)