logo Kompas.id
EkonomiPenyerapan Semakin Surut
Iklan

Penyerapan Semakin Surut

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Perekonomian Indonesia pada 2016 diperkirakan tumbuh 5 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan 2015 yang sebesar 4,79 persen. Namun, penciptaan lapangan kerja pada 2016 diperkirakan semakin surut. Hal ini antara lain akibat daya serap industri yang berkurang. Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi pada 2016 sebesar Rp 612,8 triliun. Realisasi ini tumbuh 12,4 persen dibandingkan dengan 2015. Pada 2016, penciptaan lapangan kerja mencakup 1,39 juta orang. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan 2015 yang sebanyak 1,44 juta orang dan 2014 yang sebanyak 1,43 juta orang. Bahkan, pada 2013 sebanyak 1,83 juta orang. Menurut Deputi BKPM Azhar Lubis, Minggu (29/1), di Jakarta, investasi yang tercatat di BKPM hanya 16-20 persen dari total investasi yang masuk ke Indonesia. Investasi migas dan jasa keuangan tidak tercatat di BKPM. Namun, investasi di BKPM bisa mencerminkan kondisi nasional secara keseluruhan, termasuk dalam penciptaan lapangan kerja.Menurut Azhar, investasi padat karya tetap masuk pada 2016, misalnya investasi industri sepatu dan garmen. Namun, investasi padat modal tumbuh lebih tinggi.Investasi padat modal yakni industri kimia dan industri logam, mencatat pertumbuhan investasi tertinggi. Berikutnya investasi pada industri makanan yang menyerap tenaga kerja lebih banyak. Investasi tertinggi berikutnya dalam industri pembangkit listrik, pertambangan, dan manufaktur.Industri manufaktur yang selama ini banyak menyerap tenaga kerja, menurut Azhar, daya serapnya mulai berkurang. Hal ini disebabkan penggunaan robot oleh beberapa perusahaan, sebagai pengganti tenaga manusia di pabrik. Hal ini terjadi pada salah satu penanaman modal asing (PMA) yang mendirikan pabrik di Tangerang, Banten. Untuk bagian pengecatan yang selama ini dikerjakan tenaga manusia, akan digantikan robot. "Kita masih mengharapkan industri padat karya masuk, seperti makanan, furnitur, dan garmen. Namun, untuk meningkatkan daya saing, kita juga membutuhkan investasi yang padat teknologi," kata Azhar.Pekan lalu, lanjut Azhar, Kepala BKPM Thomas Lembong bertemu Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri untuk mengoordinasikan kegiatan investasi dan penyiapan tenaga kerja yang relevan. Langkah ini berkaitan dengan ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan di daerah investasi.Permintaan masyarakatSecara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi Sukamdani mengatakan, pengusaha masih dalam posisi menunggu situasi global dan domestik. Tolok ukur utama perusahaan dalam melakukan ekspansi adalah tren permintaan masyarakat."Permintaan masyarakat pada 2016 masih lemah. Kalau tahun ini sudah mulai bergerak naik, pengusaha pasti akan melakukan ekspansi. Akan tetapi, kalau permintaan belum naik, pengusaha pasti pikir-pikir. Sebab, buat apa ekspansi kalau nanti barangnya menumpuk di gudang," kata Hariyadi.Menurut catatan Kompas, elastisitas pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja terus menurun. Pada 2004, setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi dapat menyerap 450.000 tenaga kerja. Pada tahun-tahun berikutnya, angkanya terus menyusut. Pada periode 2012-2015, penyerapannya konsisten di bawah 200.000 orang untuk setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 menargetkan penciptaan lapangan kerja untuk rata-rata 2 juta orang per tahun. (LAS)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000