Melihat banyaknya limbah kayu berupa potongan serta serbuk sisa penggergajian di rumah sang ayah, Legiran (80), Sulistiyo (40) berinisiatif mengolahnya menjadi aneka kerajinan, salah satunya lampu hias. Limbah yang semula tidak bernilai ekonomi diubah menjadi hiasan lampu serta hiasan dinding bernilai ratusan ribu rupiah.
Serbuk kayu yang ada biasanya hanya dibakar begitu saja, dibuang atau dijadikan media tanam tanaman hias," kata Sulistiyo saat ditemui di rumahnya yang sekaligus jadi galeri mini di Kompleks Bhayangkara II, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Minggu (22/1).
Tio, sapaan akrab bungsu dari tiga bersaudara, itu mulai mencoba mengolah serbuk kayu pada 2014 di tengah kesibukan membantu usaha mebel Sumber Mesthi milik sang ayah yang telah berdiri sejak 1993. Awalnya, Tio bereksperimen memanfaatkan ember plastik bocor untuk membuat selubung lampu hias. Ember itu digambari pola bunga dan dedaunan kemudian dilapisi oleh serbuk-serbuk kayu.
Selanjutnya, Tio menggunakan media kain katun jepang untuk membuat selubung lampu hias. Motifnya pun berkembang mulai dari tanaman, dedaunan, pohon bambu, kartun, boneka, serta motif suku Dayak.
Motif suku Dayak yang dipilihnya, antara lain, telawang atau perisai khas suku Dayak, burung tingang sebagai burung khas Kalteng, tanaman pakis, serta batang garing atau pohon kehidupan dalam filosofi suku Dayak. "Saya ingin memperkenalkan motif Dayak kepada masyarakat luas," kata pemilik Tio Art Collection itu.
Dari sekantong plastik besar serbuk kayu dengan berat sekitar 3 kilogram, Tio bisa memproduksi 7 lampu hias. Prosesnya dimulai dengan menyaring sisa gergajian kayu untuk memilah limbah bubuk dan serabut yang teksturnya lebih kasar.
Kemudian, pada kain katun jepang digambarlah pola atau motif yang diinginkan menggunakan pensil. Setelah itu, lem kayu dioleskan pada pola tersebut dan bubuk kayu ditaburkan di atasnya.
Setelah dijemur setengah hari di bawah panas matahari, tahap selanjutnya adalah membuat tepian pola agar tampak lebih hidup. Caranya sama dengan mengoleskan lem, tetapi hanya pada pinggiran pola sehingga ada tekstur timbul mirip relief.
Setiap serbuk kayu memiliki warna khusus sesuai jenisnya, misalnya limbah kayu ulin memiliki warna coklat kehitam-hitaman, kayu sumpung memiliki warna coklat tua, dan kayu meranti cenderung memiliki warna coklat muda. "Setelah motif selesai dibuat, permukaannya disemprot vernis agar serbuk tidak rontok dan tampilan lebih mengilat," kata suami dari Cici Handayani (35) itu.
Proses selanjutnya adalah merangkai setiap bagian lampu hias serta memasang lampu, dudukan lampu, kabel, dan sakelar. Dibutuhkan waktu paling lama dua hari untuk menyelesaikan sebuah lampu hias bermotif ornamen Dayak dan berbahan serbuk kayu.
Hiasan dinding
Tidak hanya lampu hias, Tio juga memanfaatkan limbah serbuk kayu untuk membuat hiasan dinding motif Dayak dengan berbagai ukuran. Selain itu, Tio juga memproduksi kotak tisu, bingkai foto, dan cermin dengan memanfaatkan akar-akar pohon. "Saya prihatin banyak pohon dibakar dan membuat bencana. Akar-akarnya saya kumpulkan dan saya manfaatkan," kata Tio.
Tio yang pernah mengajar bidang kesenian di SMA Negeri 7 Rakumpit, Palangkaraya, juga berkreasi membuat miniatur perahu khas suku Dayak atau disebut banama tingang (perahu burung tingang), plakat bentuk telawang, gagang pintu, dan aneka instalasi berbahan baku akar-akar kayu.
Lampu hias karya Tio dijual dengan harga Rp 350.000-Rp 500.000 sesuai ukuran dan kerumitan motif. Hiasan dinding dijual dengan harga Rp 100.000-Rp 300.000, minatur perahu Rp 250.000 per buah, kotak tisu serta plakat dijual Rp 100.000-Rp 200.000 per buah, dan gagang pintu Rp 75.000 per pasang. "Per bulan, rata-rata ada pemasukan Rp 1 juta-Rp 1,8 juta," katanya.
Selain memajang produknya di galeri mini yang berukuran 3 meter x 3 meter di rumahnya, Tio juga menjual produknya di ruang pamer Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi (PLUT) dan UMKM Provinsi Kalimantan Tengah. Meski demikian, Tio mengaku masih kesulitan memasarkan produknya ke luar daerah.
"Pemasaran masih di Kota Palangkaraya. Sekarang saya sedang mencoba memasarkan secara daring," kata Tio.
Tio juga mengapresiasi tim PLUT dan UMKM yang memberikan pendampingan dalam hal peningkatan mutu produk serta inovasi kreativitas dan bantuan dalam pengurusan izin UMKM.