OJK Dorong Literasi Kelompok Difabel

JAKARTA, KOMPAS — Otoritas Jasa Keuangan mendorong peningkatan literasi atau pengetahuan kelompok difabel terhadap produk sektor jasa keuangan. Karena itu, perbankan diharapkan memberikan edukasi dan mempekerjakan kelompok difabel. Hal itu disampaikan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono usai peluncuran fasilitas layanan tele sales, phone banking, dan video banking terintegrasi CIMB Niaga, Rabu (8/2). Menurut Kusumaningtuti, OJK berkepentingan meningkatkan literasi dan inklusi di sektor jasa keuangan. Survei yang dilakukan tahun 2016 lalu menunjukkan, tingkat literasi masyarakat Indonesia terhadap produk perbankan sekitar 29,6 persen, sedangkan angka inklusi mencapai 67,8 persen. Diharapkan, inklusi keuangan mencapai 75 persen pada 2019. Tahun lalu, sudah ada ATM menggunakan huruf braille meskipun hanya dimiliki beberapa bank di beberapa lokasi. "Akan tetapi, ini dijadikan contoh karena peralatannya khusus untuk menarik dan menyetor di mesin ATM," ujar Kusumaningtuti. Tahun lalu, OJK juga merilis dan membuat proyek percontohan untuk edukasi keuangan terhadap penyandang disabilitas. Tahun ini, OJK juga memiliki program khusus untuk edukasi kepada penyandang disabilitas. Consumer Banking CIMB Niaga, Lani Darmawan, mengatakan, perusahaannya mempekerjakan 51 tenaga kerja dari kelompok difabel, terdiri 48 tunanetra yang berada di posisi tele sales, serta 3 tunarungu yang melayani phone banking melalui media sosial. Pada Maret ini, ditargetkan jumlah pegawai disabilitas mencapai 60 orang. Menurut Lani, para pekerja dari penyandang disabilitas juga memiliki performa yang baik, bahkan beberapa di antaranya memiliki performa yang lebih baik dari pekerja normal. Karena itu, CIMB Niaga terus mengembangkan sistem untuk memberikan kesempatan bekerja bagi penyandang disabilitas dan berkoordinasi dengan Yayasan Mitra Netra untuk mencari pekerja tunanetra. (WIE)