logo Kompas.id
EkonomiMerek Tiongkok Bersaing
Iklan

Merek Tiongkok Bersaing

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Produsen telepon seluler pintar asal Tiongkok bersaing untuk berinvestasi di Indonesia. Selain fokus mengembangkan manufaktur perangkat keras, sebagian produsen tersebut juga berencana merambah inovasi perangkat lunak. Kondisi ini juga membuat persaingan pasar meningkat. Perusahaan ponsel pintar Xiaomi mengumumkan akan mulai merakit ponsel pintar Xiaomi Redmi 4A di Indonesia, Jumat (10/2). Langkah ini untuk mewujudkan kewajiban pemenuhan tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Xiaomi bermitra dengan PT Erajaya Swasembada Tbk, PT Sat Nusapersada Tbk, dan TSM Technologies. PT Erajaya Swasembada berperan sebagai pengimpor komponen sekaligus mendistribusikan ponsel pintar Xiaomi Redmi 4A di jaringan toko Erafone. PT Sat Nusapersada bertugas merakit, sedangkan TSM Technologies sebagai mitra pengembangan perangkat lunak. Senior Vice President Xiaomi Wang Xiang memaparkan, perlu waktu hampir dua tahun untuk merealisasikan kewajiban TKDN. Ponsel pintar Xiaomi pertama kali dijual di Indonesia pada 2015. "Persaingan di pasar ponsel pintar Indonesia ketat," katanya. Direktur Riset Gartner-perusahaan riset teknologi informasi-Anshul Gupta, dalam siaran pers, menjelaskan, Tiongkok memimpin pasar ponsel pintar global pada triwulan III-2016. Tiga merek ponsel pintar Tiongkok, antara lain Oppo dan Huawei, berkontribusi sekitar 21 persen terhadap total penjualan ponsel pintar di dunia. Mengutip hasil riset Asia/Pacific Quarterly Mobile Phone Tracker yang dirilis International Data Corporation (IDC) pada 6 Februari 2017, Oppo, Huawei, dan Vivo memimpin pasar ponsel pintar di Tiongkok. Produsen ponsel asal Tiongkok diprediksi terus berekspansi ke luar Tiongkok pada 2017.Dalam negeriDalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 65 Tahun 2016 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai TKDN Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam, dan Komputer Tablet, ada tiga skema yang ditawarkan pemerintah. Skema itu adalah 100 persen perangkat keras, 100 persen perangkat lunak, dan skema investasi. Merek Tiongkok lain, Vivo, juga sudah memenuhi kewajiban TKDN. Product Manager PT Vivo Mobile Indonesia Kenny Chandra, yang ditemui seusai peluncuran ponsel pintar tipe Vivo V5 Plus, Jumat siang, mengatakan, Vivo memilih skema 100 persen perangkat keras. Kapasitas produksi saat ini sebesar 500.000 unit ponsel pintar per bulan. Vivo masuk ke Asia Tenggara pertama kali di Malaysia, kemudian Indonesia. Vivo bermain di ponsel pintar dengan kamera dan fitur musik. Kenny mengungkapkan, perusahaan mengutamakan strategi riset dan pengembangan kamera pada ponsel pintar. Vivo yang berencana membangun pusat riset dan pengembangan di Jepang membuka kemungkinan untuk membangun pusat riset dan pengembangan di Indonesia. Saat ini, tambah Kenny, pangsa pasar Vivo sekitar 4-5 persen dari total pasar ponsel pintar di Indonesia. Menurut catatan Kompas, beberapa produsen ponsel Tiongkok juga sudah berinvestasi di Indonesia, seperti Lenovo dan Oppo.Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan menyebutkan, sekarang sudah ada 34 produsen ponsel pintar yang berinvestasi di Indonesia. Produsen ponsel pintar itu berupa penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Sementara untuk perakitan ada 200 perusahaan yang sudah berinvestasi. "Persentase TKDN setiap ponsel pintar yang diproduksi 34 produsen itu rata-rata di bawah 30 persen," kata Putu. Terkait tenaga kerja, Putu menyatakan, sudah banyak pekerja lokal yang terserap industri ponsel pintar ini. (MED)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000