logo Kompas.id
EkonomiImpor Ponsel Tahun Ini Bisa...
Iklan

Impor Ponsel Tahun Ini Bisa 100 Juta Unit

Oleh
· 4 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan penjualan telepon seluler pintar berpotensi menambah pelanggan baru layanan telekomunikasi seluler. Potensi pemakaian atau konsumsi data internet juga akan meningkat. Namun, di sisi lain, peningkatan penjualan itu juga meningkatkan impor ponsel. Menurut data Asosiasi Importir Telepon Seluler Indonesia, impor ponsel pada 2016 sebanyak 90 juta unit. Tahun ini, diprediksi menjadi 100 juta unit, yang 55-60 persennya berupa ponsel pintar. "Saat ini, masih 90 persen ponsel diimpor, baik diimpor legal maupun ilegal. Kami belanja minimal 5 miliar dollar AS untuk impor ponsel. Pelaksanaan kewajiban memenuhi tingkat komponen dalam negeri atau TKDN masih ada kelemahan, dan impor ilegal belum banyak diberantas," kata Ketua Umum Asosiasi Importir Telepon Seluler Indonesia Eko Nilam yang dihubungi Kompas, Minggu (12/2), di Jakarta. Dengan nilai tukar Rp 13.318 per dollar AS, belanja ponsel impor 5 miliar dollar AS itu setara Rp 66,59 triliun. Eko menambahkan, Indonesia merupakan pasar ponsel yang besar. Jumlah ponsel yang beredar di Indonesia tidak kurang dari 250 juta unit, yang sekitar 25 persen di antaranya harus diganti per tahun, dengan alasan usia teknologi. Dengan demikian, setiap tahun harus ada suplai minimal 60 juta unit. "Usia hidup ponsel hanya maksimal empat tahun. Apabila Anda membeli ponsel baru dan disimpan begitu saja, empat tahun kemudian ponsel itu sudah ketinggalan teknologi," ujarnya. Ketua Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia (APSI) Hasan Aula, seusai acara yang diselenggarakan Xiaomi di Jakarta, akhir pekan lalu, menyebutkan, jumlah ponsel pintar yang terjual di Indonesia pada 2016 sekitar 35 juta unit. Dari jumlah itu, 30 persen di antaranya berupa ponsel pintar dengan harga berkisar Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta per unit. Hasan menambahkan, penjualan ponsel pintar pada 2017 diperkirakan tumbuh sekitar 10 persen dibandingkan pada 2016. Masyarakat tetap berminat membeli ponsel pintar dengan harga Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta per unit dengan alasan rentang harga itu masih terjangkau, tetapi fitur teknologi ponsel sudah cukup canggih. "Semakin banyak produsen memilih mengembangkan manufaktur di Indonesia, penjualan ponsel pintar dalam negeri semakin didominasi buatan mereka," kata Hasan. Layanan Terkait layanan operator atau penyedia jasa telekomunikasi seluler, Eko berpendapat, ekspansi layanan 4G LTE dan 4,5G turut andil dalam mendongkrak penjualan ponsel pintar. Sejauh ini, operator telekomunikasi dinilai cukup agresif memperluas layanan 4G LTE atau 4,5G tersebut. Akibatnya, perilaku masyarakat bergeser menuju konsumen layanan data internet. Sebaliknya, masyarakat mengurangi aktivitas komunikasi melalui telepon atau pesan pendek. Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) Merza Fachys mengatakan, tahun 2016 dan 2017 merupakan periode migrasi ke 4G LTE. Sebagian besar ponsel pintar yang terjual digunakan pelanggan lama untuk mengganti ponsel lama dan mulai mengonsumsi layanan 4G LTE. Sejauh ini, ada dua strategi yang kerap digunakan operator telekomunikasi. Strategi pertama, promosi jasa layanan meningkatkan kartu nomor telepon seluler ke 4G LTE setelah pelanggan membeli ponsel pintar berteknologi 4G LTE. Strategi kedua, menyediakan paket atau mendistribusikan ponsel pintar 4G LTE lengkap dengan kartu nomor baru. Merza mengakui, porsi penjualan ponsel pintar dengan harga Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta per unit memang besar. Hal itu menunjukkan ada penambahan pengguna baru layanan internet menggunakan ponsel pintar. Hal itu tergambar pada pelanggan operator telepon seluler di Indonesia, berdasarkan catatan Kompas. Sampai dengan akhir September 2016, pelanggan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) mencapai 163,7 juta orang atau meningkat 10,2 persen dibandingkan dengan September 2015. Dari pelanggan itu, sekitar 46,7 persen di antaranya atau 76,4 juta orang telah menggunakan layanan berteknologi 3G dan 4G LTE, atau naik 37,3 persen dibandingkan dengan Januari-September 2015. Sementara PT XL Axiata Tbk mencatat, jumlah pelanggan hingga akhir 2016 sebanyak 46,5 juta orang, meningkat dibandingkan dengan 2015 yang sebanyak 41,9 juta. Per akhir 2016, sebanyak 29 juta pelanggan sudah menggunakan ponsel pintar, meningkat 69 persen dibandingkan pada 2015. Penambahan pengguna ponsel pintar itu berkontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi layanan data hampir dua kali lipat per akhir 2016, dibandingkan pada 2015. Adapun jumlah pelanggan Indosat Ooredoo per semester I-2016 sebanyak 80,5 juta orang, bertambah 12 juta orang dibandingkan dengan semester I-2015. Penambahan pelanggan terutama didominasi pengguna data yang mendorong pertumbuhan lalu lintas data internet sebesar 83,5 persen. Dampak Dosen Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Fahmy Radhi, berpendapat, peningkatan penjualan ponsel pintar berdampak signifikan terhadap industri telekomunikasi seluler. Dampak itu di ataranya kenaikan permintaan kartu nomor telepon. Namun, menurut Fahmy, kenaikan permintaan ponsel pintar tidak dapat menyokong ekonomi makro Indonesia. Sebab, masih banyak ponsel yang diimpor sehingga tidak bernilai tambah bagi Indonesia. "Industri telekomunikasi memang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi belum mampu membuka banyak lapangan pekerjaan," katanya. Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan, pemerintah harus lebih banyak terlibat dalam perumusan kebijakan yang mendorong pemanfaatan ponsel dan layanan telekomunikasi untuk kegiatan ekonomi. Enny mencontohkan, kegiatan ekonomi yang didorong pemanfaatan ponsel adalah perluasan layanan keuangan. (MED)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000