logo Kompas.id
EkonomiRI Desak Komitmen Dunia
Iklan

RI Desak Komitmen Dunia

Oleh
· 2 menit baca

BADUNG, KOMPAS — Indonesia mendesak komitmen dan janji negara-negara lain dalam menerapkan kelautan yang lestari dan pemberantasan praktik perikanan ilegal. Harus ada konsekuensi bagi negara-negara yang minim komitmen.Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan hal itu di depan 46 negara peserta World Ocean Summit 2017 di Bali, Jumat (24/2).Susi menyatakan, dunia sedang menghadapi persoalan perikanan ilegal dan penangkapan ikan secara berlebihan. Stok sumber daya kelautan dan perikanan terus menurun. Ia menambahkan, komitmen negara terus tumbuh dan masyarakat semakin sadar mengenai kelestarian sumber daya ikan. Akan tetapi, tidak ada konsekuensi terhadap negara yang tidak melaksanakan komitmen dan janji. Susi mencontohkan, masih banyak kapal asing yang menangkap ikan bukan di wilayah negara tersebut. Kapal penangkap ikan ilegal bahkan bisa berganti kepemilikan hingga 12 kali untuk melanggengkan pencurian ikan di wilayah negara lain. Namun, hampir tidak ada sanksi dan konsekuensi bagi negara-negara yang minim komitmen dalam mewujudkan perikanan lestari dan pemberantasan perikanan ilegal."Apa komitmen (negara) untuk menjaga kelestarian laut jika tidak ada konsekuensi bagi negara yang tidak melaksanakan. Tanpa konsekuensi, semua bisa melanggar," katanya. Susi menambahkan, belum ada kesepahaman antarnegara untuk memasukkan praktik penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUUF) ke dalam bentuk kejahatan transnasional yang terorganisasi. Pihaknya meminta komitmen negara-negara dan organisasi dunia, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa, untuk memastikan komitmen negara-negara terhadap kelestarian sumber daya laut serta menjalankan konsekuensinya. Selain itu, mendorong IUUF menjadi bagian dari kejahatan transnasional yang terorganisasi.Pembatasan Menurut Susi, kelestarian dan pertumbuhan bisnis dapat berjalan berdampingan. Pembatasan-pembatasan yang diterapkan untuk tujuan kelestarian sumber daya ikan terbukti meningkatkan produktivitas dan stok ikan. Hal itu terlihat dari rekomendasi jumlah ikan yang bisa ditangkap yang terus meningkat dalam dua tahun terakhir, yakni dari 7,2 juta ton menjadi 9,9 juta ton. Indeks nilai tukar nelayan juga meningkat, dari 102 pada 2014 menjadi 110 pada Oktober 2016. Hal itu menunjukkan pelestarian sumber daya ikan telah menumbuhkan usaha nelayan. "Pertumbuhan dan kelestarian sumber daya ikan harus berjalan beriringan," katanya. Komisioner Komisi Eropa urusan Lingkungan, Maritim, dan Perikanan Karmenu Vella mengatakan, perlu upaya konkret dari negara-negara yang sudah berkomitmen dan berjanji mewujudkan pembangunan kelautan yang berkelanjutan. Sebanyak 193 negara yang telah mengadopsi agenda tujuan pembangunan berkelanjutan pada 2030 perlu fokus mewujudkan 17 tujuan global tersebut. Wakil Tetap Swedia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Olof Skoog mengemukakan, pihaknya telah mengidentifikasi, masih ada kecenderungan masyarakat belum peduli terhadap persoalan di laut. (LKT)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000