logo Kompas.id
EkonomiEkspor Mebel Turun 16 Persen
Iklan

Ekspor Mebel Turun 16 Persen

Oleh
· 4 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Ekspor mebel Indonesia pada 2016 tercatat sebesar 1,608 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2,15 triliun, turun 16 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan dipengaruhi antara lain oleh penutupan pabrik di Jawa Timur dan Jawa Tengah karena investornya memindahkan usaha ke Vietnam. Para pengusaha mebel meminta dukungan pemerintah untuk membenahi daya saing industri mebel di dalam negeri. Wakil Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur, Minggu (26/2), mengatakan, penurunan ekspor juga terjadi karena importir mengalihkan pesanan ke Vietnam dan Malaysia. "Sejauh ini, pabrik besar yang diketahui tutup ada di Jawa Timur dan Semarang, Jawa Tengah," kata Sobur. Importir mengalihkan pesanan dari Indonesia ke Vietnam karena harga mebel Vietnam lebih murah dengan kualitas bersaing dibandingkan produk mebel Indonesia. Daya saing produk mebel Vietnam bagus karena industrinya mendapat dukungan pemerintah. Menurut Sobur, dukungan itu antara lain suku bunga perbankan di Vietnam yang di bawah 10 persen, lebih rendah dibandingkan Indonesia yang masih di kisaran belasan persen. Subsidi juga diberikan bagi pelaku industri untuk meremajakan permesinan mebel dengan teknologi mutakhir sehingga mampu berproduksi lebih efisien.Daya saing industri mebel Vietnam juga tidak lepas dari pengembangan kawasan integrasi. Keberadaan kawasan terintegrasi untuk industri mebel tersebut diyakini menciptakan efisiensi bagi industri. "Kawasan tersebut mengintegrasikan terminal penyediaan bahan baku, industri pengolah, industri pendukung, hingga distribusi produk," kata Sobur.Pola pengembangan kawasan terintegrasi untuk mebel ini sebelumnya juga sudah dipraktikkan China yang menguasai pasar mebel dunia. "Indonesia seharusnya mampu pula tumbuh sebagai basis produksi mebel," kata Sobur.Potensi Indonesia untuk tumbuh sebagai produsen mebel ditopang jumlah penduduk yang besar dan juga sumber daya alam bahan baku mebel yang melimpah, yakni kayu dan rotan. Data Kementerian Perindustrian menunjukkan, Indonesia menghasilkan 85 persen bahan baku rotan dunia. Penghasil rotan adalah Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua. Menurut Sobur, pemerintah harus membantu industri agar berdaya saing. Dukungan pengembangan desain dan promosi ke luar negeri pun perlu digencarkan untuk mendongkrak lagi kinerja ekspor mebel. Terkait permasalahan industri mebel tersebut, Komite Ekonomi dan Industri Nasional berencana mengunjungi pabrik mebel di Jatim pada 9-10 Maret mendatang untuk melihat kondisi riil di lapangan. "Kunjungan ke pabrik besar diperlukan karena kontribusinya ke ekspor mebel dominan, mencapai 70 persen," kata Sobur. Pembiayaan Industri mebel termasuk yang mengalami tekanan pertumbuhan. "Kendala yang dihadapi industri mebel tersebut harus dicarikan solusi bersama agar sektor tersebut mampu berdaya saing dan meningkatkan sumbangan ekspor secara keseluruhan," katanya. Merujuk data Badan Pusat Statistik, total nilai ekspor Indonesia pada Januari-Desember 2016 tercatat 144,43 miliar dollar AS atau turun 3,95 persen dibanding periode sama 2015 yang 150,36 miliar dollar AS. Beberapa waktu lalu, Pelaksana Tugas Ketua Dewan Direktur merangkap Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) Susiwijono Moegiarso mengatakan, pihaknya terus berupaya mendorong kinerja ekspor.Realisasi pembiayaan LPEI pada 2016 sebesar Rp 88,4 triliun. Porsi pembiayaan LPEI pada 2017 ditargetkan meningkat menjadi Rp 102,6 triliun. Menurut Susiwijono, strategi LPEI pada 2017 untuk mendorong ekspor adalah melalui peningkatan pembiayaan pada komoditas dan sektor unggulan. "Bicara sektor unggulan untuk ekspor, pasti industri pengolahan yang harus didorong," katanya. Terkait hal tersebut, pada pertengahan Februari 2017 lalu, LPEI bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian untuk mencapai target pembiayaan bagi UKM dan IKM berorientasi ekspor. Susiwijono mengatakan, ada beberapa skema pembiayaan bagi UKM di LPEI, termasuk kredit usaha rakyat (KUR) berorientasi ekspor. "Dananya dari internal kami dan bunganya sama dengan KUR, 9 persen, tetapi tanpa subsidi dari pemerintah," katanya. Selain pembiayaan, LPEI juga berencana membantu akses pasar atau penetrasi ekspor ke negara nontradisional. "Selama ini kami menerobos pasar nontradisional lebih banyak dalam konteks membawa para BUMN strategis," katanya.Pemerintah mengalokasikan penyertaan modal negara kepada LPEI Rp 4 triliun tahun lalu. (CAS)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000