logo Kompas.id
EkonomiPelaku Usaha Surimi Minta...
Iklan

Pelaku Usaha Surimi Minta Solusi

Oleh
· 2 menit baca

BADUNG, KOMPAS — Pelaku usaha surimi meminta pemerintah mencari solusi untuk keberlangsungan industri surimi atau industri daging ikan yang dihaluskan. Ketiadaan bahan baku yang berdampak bagi terhentinya operasional pabrik surimi, pabrik tepung ikan, dan industri kecil- menengah akan menimbulkan dampak sosial. Direktur PT Southern Marine Products Agus Amin Thohari saat dihubungi di Jakarta, Minggu (26/2), meminta pemerintah mengkaji ulang kebijakan yang menimbulkan dampak sosial. Pihaknya yakin pemerintah mampu mencari solusi dengan melibatkan ahli kelautan yang ada di Tanah Air. "Kami berharap bisa mendengar arah kebijakan dan berdialog. Seluruh pemangku kepentingan fokus pada solusi," kata Agus. Sejak pemberlakuan larangan kapal cantrang pada awal tahun 2017, operasional 16 pabrik surimi tersendat. Selama ini, pabrik surimi mengandalkan pasokan bahan baku ikan dari kapal cantrang. Sekitar 90 persen produk surimi diekspor, dengan nilai ekspor setiap tahun sekitar 200 juta dollar AS atau setara Rp 2,675 triliun.Beralih atau tutup Secara terpisah, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan, industri surimi yang masih mengandalkan pasokan bahan baku dari kapal cantrang sudah tak efektif dipertahankan. Pelaku industri surimi yang berhenti operasi akibat larangan kapal cantrang dipersilakan mencari alternatif bahan baku atau menutup usaha. "Pabrik surimi silakan tutup jika tidak bisa alih usaha. Memang ada industri yang harus berhenti dan mengganti (bahan baku) yang lain karena lingkungan sudah tidak mendukung," kata Susi di Nusa Dua, Badung, Bali, akhir pekan lalu. Susi menegaskan, pemerintah konsisten terhadap regulasi untuk keberlanjutan sumber daya laut. Jika pabrik pembuat surimi tidak efektif lagi beroperasi, maka penutupan pabrik tidak bisa dihindari. Operasional pabrik yang terhenti juga pernah dialami pabrik pengalengan ikan di Amerika Serikat akibat ketiadaan pasokan bahan baku."Kita tidak bisa mengorbankan keberlanjutan ribuan hektar laut dan masa depan nelayan untuk 16 industri surimi," katanya. Selama ini, pabrik surimi dinilai terlena mengandalkan bahan baku dari ikan campuran yang dipasok kapal cantrang dengan harga murah, yaitu sekitar Rp 5.000 per kilogram (kg). Nelayan sebetulnya punya peluang berganti alat tangkap dengan hasil tangkapan yang lebih bernilai ekonomis, seperti cakalang. Sebab, harga cakalang bisa mencapai Rp 30.000 per kg. Berdasarkan data KKP, sebanyak 3 pabrik surimi dari 16 pabrik yang ada kini telah beralih bahan baku. Susi menambahkan, pabrik surimi bukan lah industri padat karya. (LKT)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000