logo Kompas.id
EkonomiRisiko Kredit Jadi Tantangan
Iklan

Risiko Kredit Jadi Tantangan

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Risiko kredit masih menjadi tantangan besar perbankan pada tahun ini. Hal itu akan menyebabkan penurunan laba bersih perusahaan. Kendati begitu, pelaku sektor tersebut tetap optimistis karena masih ada ruang perbaikan dalam manajemen risiko dan tata kelola perusahaan. Hal itu mengemuka dalam paparan hasil Survei Perbankan Indonesia 2017 di Jakarta, Rabu (1/3). Survei yang dilakukan perusahaan jasa konsultasi PwC itu melibatkan 78 responden dari 58 bank nasional dan asing di Indonesia.Financial Services Industry Leader PwC Indonesia David Wake mengatakan, dua tahun terakhir ini perbankan Indonesia mengalami tantangan kenaikan risiko kredit. Pada tahun ini, risiko kredit itu masih akan berlanjut.Hasil survei menunjukkan, sebesar 94 persen responden menilai risiko kredit sebagai tantangan terbesar pada tahun ini. Adapun dua tantangan lainnya adalah tekanan pada laba bersih perusahaan (75 persen responden) dan permintaan kredit lemah (30 persen responden). "Kendati begitu, lebih dari separuh responden mengharapkan rasio kredit bermasalah turun dan pertumbuhan kredit sebesar 10 persen atau lebih pada tahun ini. Bank-bank milik pemerintah lebih optimistis kredit akan tumbuh sebesar 15 persen," ujarnya. Survei PwC itu juga menunjukkan, pada tahun ini industri perbankan tertarik dalam pembiayaan infrastruktur. Sebanyak 61 persen responden menginginkan pembiayaan di sektor infrastruktur meningkat.Industri perbankan juga sedang mengalami transformasi teknologi. Sebesar 52 persen responden menyatakan teknologi sebagai pendorong utama transformasi itu dalam tiga sampai lima tahun ke depan.Sementara itu, kendati masih menjadi pekerjaan rumah, sejumlah bank mampu menekan rasio kredit bermasalah. Pencadangan dana pun mulai turun sehingga diperkirakan pada tahun ini laba bersih bank dapat meningkat.Pada akhir tahun lalu, kredit bermasalah (NPL) PT Bank Danamon Indonesia Tbk secara absolut turun dari Rp 4,1 triliun menjadi Rp 3,7 triliun. Adapun secara persentase memang naik dari 2,9 persen pada tahun lalu menjadi 3,1 persen pada tahun ini.Direktur Keuangan Danamon Vera Eve Lim dalam konferensi pers mengatakan, NPL secara persentase naik karena pembandingnya, yaitu permintaan kredit, masih lemah. Dilihat dari pencadangan dana untuk mengatasi NPL juga turun dari Rp 4,92 triliun pada 2015 menjadi Rp 4,38 triliun pada 2016."Pada tahun ini kami menargetkan NPL turun di bawah 3 persen. Hal itu akan ditopang oleh penetrasi kredit yang ditargetkan tumbuh 10-12 persen," ujarnya.Lebih tinggiBank Indonesia mencatat, pada Januari tahun ini total kredit yang disalurkan perbankan Rp Rp 4.338,1 triliun. Total kredit itu tumbuh 8,2 persen lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,8 persen.Pertumbuhan itu ditopang oleh pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI). Total KMK yang disalurkan pada Januari sebesar Rp 1.967,3 triliun atau tumbuh 7 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan Desember 2017 yang sebesar 6,7 persen. Penyaluran KMK tertinggi pada sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi. (HEN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000