Aplikasi Digital untuk Mengelola Keuangan
Kemajuan teknologi komunikasi informasi yang tertanam di gawai belum dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Padahal, mereka umumnya punya gawai. Untuk memperkenalkan berbagai aplikasi yang bisa memudahkan urusan administrasi dan pengelolaan keuangan, pertengahan Februari lalu digelar pelatihan bagi 200 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Politeknik Keuangan Negara STAN Bintaro, Tangerang Selatan, Banten.Pagi itu, dosen Politeknik Keuangan Negara STAN Bintaro, Khusnaini, berbagi pengetahuan mengenai penggunaan aplikasi untuk mengelola keuangan sektor usaha. "Banyak pelaku usaha mengeluh kekurangan modal. Setelah ditelusuri, ternyata umumnya belum piawai menghitung untung rugi. Penyebab utama adalah mereka masih mencampur uang belanja modal dengan keuangan sehari-hari. Itu juga tidak dicatat," kata Khusnaini. Pemisahan uang sebenarnya dapat dilakukan dengan mudah. Kepada para peserta, Khusnaini menerangkan sambil membawa tiga celengan berbentuk ayam. Celengan itu masing-masing ditandai dengan tulisan alokasi belanja modal, belanja pribadi, dan sedekah. Khusnaini lalu memperkenalkan aplikasi bernama Akuntansi UKM yang akan membantu pencatatan laporan keuangan. Seluruh data keuangan seharusnya dimasukkan ke dalam aplikasi. Seusai perkenalan aplikasi, suasana kelas menjadi riuh. Beberapa peserta bertanya, sementara peserta lain memilih mencoba mengoperasikan sendiri. Afriani-pemilik usaha Omah Rendang-menceritakan kebingungannya menekan ongkos produksi dan pemasaran di era e-dagang. Persoalan modalPelatihan itu merupakan kerja sama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Politeknik Keuangan Negara STAN Bintaro, dan praktisi perbankan syariah. Deputi II Bidang Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo mengatakan, pelaku UMKM sering mengeluh kesulitan permodalan dan akses pemasaran. Padahal, keduanya itu cukup melimpah di Indonesia. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Banten Catur Rini Widosari mengatakan, keberadaan komunitas UMKM dapat menjadi wadah berbagi pengetahuan layanan keuangan, pajak, produksi, dan pemasaran. Di Indramayu, Jawa Barat, program literasi keuangan yang dicanangkan Mercy Corps Indonesia dan Citi Indonesia telah menjangkau 12.950 petani, pelaku UMKM di Indramayu. Melalui program tersebut, petani dan pelaku UMKM dapat mengelola keuangan dan berwirausaha lebih baik. "Sejak 2014, literasi keuangan terus dilakukan dan mencakup 5.041 petani serta hampir 8.000 pelaku UMKM di Indramayu," ujar Manajer Program Financial Education and Empowerment Goes Digital and Mobile (FEED) Mobile Nino Rianditya. FEED Mobile merupakan program literasi keuangan Mercy Corps Indonesia.Program berbentuk, antara lain, pelatihan pengelolaan keuangan dan teknik wirausaha perikanan dan pertanian. Para penerima manfaat juga diperkenalkan pada layanan perbankan. (MED/IKI)