JAKARTA, KOMPAS — Industri telekomunikasi Indonesia bisa tumbuh 10-11 persen pada 2017. Pertumbuhan itu akan bergantung pada seberapa cepat pengguna telepon seluler bermigrasi ke gawai.
”Potensi pasar gawai di Indonesia masih besar sehingga pendapatan operator masih bisa tumbuh. Pertumbuhan ekonomi tahun ini memang diprediksi tumbuh tipis, tetapi itu punya pengaruh ke konsumen dan industri telekomunikasi,” ujar analis pasar modal dari PT Bahana Sekuritas, Leonardo Henry Gavasa, Minggu (12/3).
Pelanggan seluler Telkomsel hingga akhir 2016 tercatat mencapai 173,92 juta orang atau tumbuh 13,9 persen dibandingkan tahun 2015. Jumlah pelanggan XL Axiata hingga akhir 2016 sebanyak 46,5 juta orang, meningkat dibandingkan 2015 sebanyak 41,9 juta orang. Adapun pelanggan Indosat Ooredoo sampai triwulan III-2016 sebanyak 81,6 juta orang, meningkat dari triwulan III-2015 sebanyak 69 juta orang.
Belanja modal para operator telekomunikasi diproyeksikan naik 5-10 persen dari tahun lalu. Belanja modal 2017 terbesar berasal dari Telkom Group, sekitar Rp 30 triliun. Pemain lain, seperti XL Axiata dan Indosat Ooredoo, diperkirakan mengeluarkan belanja modal sekitar Rp 7 triliun hingga Rp 8 triliun untuk pembangunan infrastruktur jaringan berteknologi 4G ataupun 4,5G.
Terkait dengan strategi, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) masih melanjutkan strategi transformasi menuju perusahaan telekomunikasi digital. Segmen generasi muda akan menjadi target pasar utama.
”Kami mengharap kontribusi pendapatan tahun-tahun mendatang berasal dari bisnis data, internet, dan jasa teknologi informasi. Jumlah penduduk muda Indonesia diprediksi masih terus naik. Mereka adalah pasar potensial untuk kami,” ujar Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Alex J Sinaga.
Telkom membukukan pendapatan Rp 116,33 triliun pada 2016 atau tumbuh 13,5 persen dibandingkan tahun 2015. Sementara earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) tercatat Rp 59,50 triliun atau tumbuh 15,7 persen. Laba bersih tercatat senilai Rp 19,35 triliun atau tumbuh 24,9 persen. (MED)