logo Kompas.id
EkonomiKolaborasi demi Keamanan
Iklan

Kolaborasi demi Keamanan

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Menghadapi tantangan global untuk mencapai keamanan di bidang pangan dan nutrisi, Indonesia membutuhkan pertanian berkelanjutan. Oleh karena itu, dibutuhkan kolaborasi dari semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, masyarakat madani, petani kecil, dan akademisi. Demikian antara lain pokok pikiran yang mengemuka pada pembukaan dan diskusi panel "Responsible Business Forum on Food and Agriculture" yang digelar di Jakarta, Selasa (14/3). Forum bisnis tersebut akan berlangsung dua hari, hingga Rabu ini. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, keamanan pangan dan nutrisi menjadi salah satu tantangan global. Masyarakat global-dalam kerangka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan-memiliki kepedulian kolektif mengakhiri kelaparan pada 2030. "Forum ini untuk memutakhirkan data dan ajang berbagi pengetahuan serta pengalaman dalam mendorong keamanan pangan dan nutrisi di Indonesia dan Asia," kata Bambang.Bambang mengapresiasi pelaksanaan forum bisnis yang menjembatani para pemangku kepentingan di sektor pangan dan pertanian tersebut.President of World Business Council for Sustainable Development Peter Bakker mengatakan, aksi bersama dibutuhkan untuk mengatasi tantangan global-termasuk kompleksitas perubahan iklim-di bidang pangan dan pertanian. Sekitar 500 juta petani kecil harus berjuang keras agar mampu bertahan dalam kegiatan usaha mereka. Bakker memberikan contoh kasus persoalan pangan yang terjadi di Amerika Serikat. "Makanan yang terbuang di AS saja cukup untuk memberi makan bagi seluruh orang di Afrika," katanya saat memberi pidato kunci.Mencari solusi Chief Executive Officer (CEO) of Global Initiative Tony Gourlay mengatakan, forum ini bertujuan untuk mengajak semua pemangku kepentingan mencari solusi yang dihadapi petani kecil. Sehingga petani mendapat keamanan pangan dan nutrisi serta mampu lebih sejahtera. CEO Golden Agri Resources sekaligus Co-chairman of Grow Asia and Partnership for Indonesia Sustainable Agriculture Franky O Widjaja mengatakan, ke depan keamanan pangan dan nutrisi Asia-termasuk Indonesia-harus lebih baik. Fokus penanganan antara lain mengatasi persoalan pembiayaan, teknologi, pengetahuan, dan akses pasar bagi para petani. "Dulu ada konsep praktik pertanian yang bagus. Sekarang itu tidak cukup, harus praktik pertanian yang presisi, yakni dengan menerapkan teknologi," katanya. Franky mengatakan, dari 520 juta jiwa petani skala kecil di dunia, 100 juta di antaranya berada di wilayah Asia. Termasuk 45 juta petani Indonesia. "Petani kecil harus menjadi sentral dan menjadi fokus dalam pembahasan," katanya. President at Indonesia Business Council for Sustainable Development Shinta Kamdani mengatakan, persoalan akan timbul meskipun pasokan nutrisi tersedia karena tidak sampai ke masyarakat yang seharusnya bisa mengonsumsi. Shinta mengatakan, pada periode 2015-2050, setengah populasi dunia terkonsentrasi di sembilan negara. Negara dimaksud adalah India, Nigeria, Pakistan, Kongo, Etiopia, Tanzania, AS, Indonesia, dan Uganda. "Hal yang menarik, 70 persen dari malanutrisi ada di Asia. Walaupun banyak negara Afrika memiliki masalah ini, tetapi populasi tinggi menjadikan Asia mengalami kondisi malanutrisi yang tinggi," kata Shinta. Shinta mengatakan, Indonesia memiliki Global Hunger Index 21,9 persen. Kondisi ini menempatkan Indonesia hanya di atas Laos dan Myanmar. (CAS/FER)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000