logo Kompas.id
EkonomiPeluang Tarik Investasi
Iklan

Peluang Tarik Investasi

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Pembicaraan mengenai kemungkinan lembaga pemeringkat Standard & Poor\'s menaikkan peringkat utang Indonesia pada Mei mendatang semakin ramai. Salah satu indikator optimisme itu adalah derasnya arus dana investasi yang masuk ke pasar obligasi dan saham Indonesia. "Biasanya para investor mendahului berita. Sudah sepekan ini arus dana asing mengalir deras setelah ada wacana kenaikan peringkat dari S&P. Dilihat dari aliran dana, kemungkinan besar peringkat akan naik," kata Direktur Panin Asset Management Rudiyanto di Jakarta, Senin (20/3). Sepanjang pekan lalu, dana asing yang masuk ke bursa Indonesia mencapai Rp 5,42 triliun, meskipun pada penutupan perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,12 persen menjadi 5.533.Dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia kemarin, kapitalisasi pasar mencapai Rp 6.013 triliun. Sebanyak 149 saham yang diperdagangkan nilainya naik, 228 saham tetap, dan 163 saham turun. Pembicaraan perihal kemungkinan kenaikan peringkat utang ini sudah menghangat di antara para pengelola dana global. Beberapa pengelola dana beranggapan Indonesia layak mendapatkan kenaikan peringkat tersebut. Analis Goldman Sachs di Singapura, Danny Suwanapruti, dalam risetnya mengatakan, Indonesia akan dapat menarik dana sekitar 5 miliar dollar AS dari Jepang ketika pemeringkat S&P menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi. S&P, lanjut Danny, mungkin akan menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi BBB- karena pemerintah sudah berusaha keras melakukan reformasi fiskal. Kenaikan peringkat akan meningkatkan minat investor institusi Jepang yang konservatif.Pasar obligasiSementara itu, di pasar surat utang, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), dalam sepekan hingga Rabu (16/3), pembelian bersih investor asing di pasar obligasi Rp 1,89 triliun. Nilai pembelian bersih itu lebih rendah dibandingkan dengan pekan sebelumnya yang mencapai Rp 4,09 triliun dan lebih rendah dari pekan pertama Maret 2017 yang sebesar Rp 5,6 triliun. "Dana asing yang masuk pekan lalu lebih dari faktor kenaikan suku bunga The Fed yang sesuai dengan ekspektasi dan diprediksi tidak seagresif yang semula direncanakan," kata analis Indonesia Bond Pricing Agency, Roby Rushandie.Menurut Roby, arus dana masuk yang lebih rendah pada pekan lalu dipengaruhi sikap investor yang menunggu rapat Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, yakni Federal Open Market Committee (FOMC). Roby menambahkan, faktor stabilitas fundamental dan prospek kenaikan peringkat utang S&P turut menjadi katalis. "Kepercayaan investor global tinggi karena indikator makro, seperti nilai tukar, inflasi, dan cadangan devisa terjaga di tengah risiko gejolak eksternal," ujarnya. Data DJPPR per 16 Maret 2017 menunjukkan, kepemilikan investor asing terhadap obligasi naik ke tingkat tertinggi dalam sejarah, yakni dari Rp 696,5 triliun menjadi Rp 699,2 triliun. Kepemilikan bank juga naik dari Rp 532,2 triliun menjadi Rp 535,1 triliun. Rudiyanto memperkirakan, dengan skenario normal, IHSG dapat mencapai 6.000 pada akhir tahun ini, atau naik sekitar 14 persen dari awal tahun. Panin juga menerbitkan reksa dana saham baru yang portofolionya menyerupai susunan IHSG. (JOE)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000