logo Kompas.id
EkonomiInstrumen Investasi Dana...
Iklan

Instrumen Investasi Dana Pensiun Terus Bertambah

Oleh
· 2 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Efek beragun aset berbentuk surat partisipasi bisa menjadi alternatif instrumen investasi dana pensiun. Namun, banyak pengelola dana pensiun yang belum memahami instrumen investasi ini sehingga sosialisasi masih perlu dilakukan. Efek beragun aset (EBA) berbentuk surat partisipasi (SP) adalah efek beragun aset yang portofolionya berisi kumpulan piutang, biasanya piutang kredit kepemilikan rumah yang ada di bank. Saat ini, satu-satunya penerbit EBA-SP adalah PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF. Dari total dana investasi pada industri dana pensiun yang sebesar Rp 241 triliun, alokasi penempatan dana pada EBA hanya 0,22 persen atau sekitar Rp 530,2 miliar. Alokasi terbesar masih berada di produk pasar modal dan deposito perbankan. Kepala Bagian Pengawasan Dana Pensiun Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Otoritas Jasa Keuangan Armansjah di Jakarta, Selasa (21/3), mengatakan, ada 64 persen alokasi dana pensiun yang ditempatkan pada produk pasar modal, seperti surat berharga negara (SBN), saham, obligasi, sukuk, reksa dana, medium term notes, EBA, dan Dana Investasi Real Estat (DIRE). Porsi terbesar adalah SBN dan obligasi. "Kepemilikan EBA masih sedikit, jadi peluang dana pensiun untuk memiliki instrumen EBA terbuka lebar," kata Armansjah. Direktur Eksekutif Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi mengatakan, pemahaman para pengelola dana pensiun belum sama. "Instrumen ini belum banyak dikenal, lalu bagaimana perbandingan imbal hasilnya dengan instrumen lain, seperti SBN, juga masih belum diketahui secara merata," katanya.Harga wajar Ada 52 pengelola dana pensiun dengan aset di atas Rp 1 triliun dengan total aset sekitar 85,11 persen dari industri. Sementara pengelola dana pensiun dengan aset antara Rp 100 miliar dan Rp 1 triliun berjumlah 92 dengan total aset 13,09 persen dan dana pensiun dengan aset di bawah Rp 100 miliar ada 104 dengan total aset 1,8 persen. Mengenai penilaian, Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Wahyu Trenggono mengatakan, IBPA sudah menyediakan perhitungan harga wajar untuk EBA, seperti yang sudah dilakukan pada obligasi. "Pasar mengapresiasi EBA. Pada November lalu harganya masih 97 persen, tetapi saat ini sudah 100-103 persen," kata Wahyu. Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo mengatakan, EBA-SP merupakan instrumen terbaru yang dikeluarkan SMF. Sejak 2009 hingga 2016, SMF telah memfasilitasi 10 kali transaksi sekuritisasi. (JOE)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000