Iklim Investasi di Indonesia Perlu Dibenahi

JAKARTA, KOMPAS — Iklim investasi sektor hulu minyak dan gas bumi di Indonesia perlu dibenahi. Dalam beberapa tahun terakhir, investasi sektor ini cenderung menurun.

”Kontribusi sektor migas juga makin kecil terhadap APBN. Sebenarnya ini bagus sebab ketergantungan pada sumber daya alam menurun. Hanya saja, efek ganda sektor migas juga turun drastis,” ujar Chairman Convention and Exhibition Indonesia Petroleum Association (IPA) ke-41 Michael C Putra saat memberikan sambutan dalam diskusi bertajuk ”Membenahi Iklim Investasi Hulu Migas demi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional”, Rabu (29/3) di Jakarta.

Narasumber lain dalam diskusi adalah Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral I Gusti Nyoman Wiratmaja, Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara, dan Direktur IPA Ronald Gunawan.

Kompas/Aris Prasetyo

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral I Gusti Nyoman Wiratmaja saat memberikan materi dalam diskusi bertajuk ”Membenahi Iklim Investasi Hulu Migas demi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional”, Rabu (29/3) di Jakarta.

Menurut Wiratmaja, potensi migas Indonesia sebenarnya masih cukup besar. Dari 100 cekungan hidrokarbon di Indonesia, baru 30 cekungan yang dieksplorasi. Namun, tantangan berat, seperti lokasi di laut dalam yang butuh modal besar dengan tingkat keberhasilan rendah, menyebabkan investor enggan berinvestasi.

”Sejumlah lelang wilayah kerja migas pada 2016 sampai saat ini tak diminati investor. Ini yang perlu kita cari apa penyebabnya,” ucap Wiratmaja.

Diskusi yang diselenggarakan bersama harian Kompas dan IPA ini merupakan rangkaian pameran dan konvesi IPA ke-41 yang dijadwalkan pada 17-19 Mei 2017 di Jakarta.