logo Kompas.id
EkonomiPeluang Tekfin Masih Terbuka
Iklan

Peluang Tekfin Masih Terbuka

Oleh
· 2 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Peluang pengembangan teknologi finansial khususnya pinjam-meminjam antarwarga masih terbuka lebar. Model ini bisa menjadi salah satu solusi untuk memenuhi permintaan pembiayaan yang belum terlayani oleh lembaga keuangan konvensional. Gap antara kebutuhan dan ketersediaan pembiayaan di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 988 triliun. Peneliti Eksekutif Senior Departemen Kebijakan Strategis Otoritas Jasa Keuangan Hendrikus Passagi mengatakan, dengan gap yang masih sangat besar itu, layanan teknologi finansial (tekfin) pinjam-meminjam antarwarga (peer to peer lending) bisa berkontribusi besar. "Kalau nasabah mau meminjam uang di bank konvensional, mereka akan ditanya mengenai jaminan. Dalam layanan tekfin, yang akan dilihat dari peminjam adalah karakter bukan agunan. Sekali tidak membayar utang, nama peminjam akan tercatat reputasinya sehingga semua orang tahu," tutur Hendrikus di Jakarta, Kamis (30/3).Pendanaan yang dilakukan melalui platform pinjam-meminjam ini dapat menjadi alternatif pemenuhan pendanaan, khususnya bagi debitor yang belum tersentuh oleh perbankan dan pasar modal.Hendrikus mengatakan, di China sudah ada sekitar 4.000 usaha rintisan yang memberikan layanan pinjam-meminjam. "Di Indonesia, saat ini baru terdaftar sekitar 50 tekfin pendanaan sehingga peluangnya masih besar. Kalau dihitung berdasarkan jumlah penduduk, kita memerlukan lagi sekitar 600 tekfin pendanaan ini," ujarnya.Menanggapi kekhawatiran bahwa tekfin dapat dijadikan sebagai sarana cuci uang, Hendrikus mengatakan, kemungkinan praktik seperti itu dengan mudah dapat dideteksi. Layanan tekfin pendanaan tetap memerlukan rekening bank. Peneliti Institute for Development of Economics and Finance, Bhima Yudhistira, mengatakan, hambatan yang dialami para pelopor tekfin pendanaan saat ini antara lain soal regulasi yang terlambat. "Saya menduga, lambatnya regulasi ini terjadi karena regulator juga mendapat tekanan dari bank," ucap Bhima.Dampak bagi bank Perbankan merupakan salah satu industri yang terkena dampak cukup besar karena kehadiran usaha rintisan pendanaan. Pendanaan merupakan bisnis tradisional bank utama yang memberikan keuntungan sangat besar. Menurut Bhima, mengutip data dari McKinsey, kehadiran tekfin pendanaan membuat margin keuntungan bank terkoreksi. "Margin bank yang tidak mau berubah berpotensi terkoreksi 35 persen. Sebaliknya, jika bank merangkul tekfin, margin akan naik sekitar 40 persen. Jadi, sekarang tergantung bagaimana bank menyikapi perubahan ini," kata Bhima.Beberapa bank bermodal besar memang sudah merangkul tekfin. Sebaliknya, bank dengan bisnis lebih kecil, seperti BPR dan bank pembangunan di sejumlah daerah yang banyak berinteraksi dengan nasabah mikro, akan terganggu dengan kehadiran tekfin pendanaan. (JOE)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000