Ikhtiar untuk Lepas dari Jeratan "Bank Titil"
Setelah dua tahun merintis usaha, Irkhamunna\'im (36), pembuat sale pisang di Desa Donosari, Kecamatan Sruweng, Kebumen, Jawa Tengah, mulai berpikir untuk mengembangkan usaha. Namun, dibutuhkan tambahan modal untuk membeli mesin pengolahan produksi yang sederhana. Persoalannya, dia dihadapkan pada bunga bank yang tinggi dan ketiadaan jaminan.
"Semula, produksi kami dilakukan manual. Awal tahun 2017, saya berencana membeli peralatan agar produksi sale pisang meningkat. Saya ingin pinjam bank, tetapi kebanyakan bank ternyata bunganya tinggi," ujarnya, Sabtu (11/3), di sela-sela pameran Kredit Mitra Jateng (KMJ) 25 Bank Jateng di Alun-alun Kota Magelang.
Selagi mencari-cari info tentang pinjaman di bank, Irkhamunna\'im tiba-tiba disodori brosur pinjaman KMJ 25 Bank Jateng. Dia langsung tertarik karena suku bunga yang ditawarkan rendah, 7 persen per tahun.
"Seketika, saya langsung ajukan plafon pinjaman tertinggi, yakni sebesar Rp 25 juta. Apalagi, tidak butuh agunan kredit dan prosesnya cepat," ujarnya.
Pinjaman tersebut dicairkannya Januari lalu, dan akan dilunasi selama tiga tahun. Suntikan modal antara lain untuk membeli mesin pres dan oven.
Ketiadaan modal untuk membeli alat sempat membelenggu Irkhamunna\'im untuk menerima pesanan dalam jumlah besar. Itu yang membuat usahanya tidak maju. Dia pernah menolak permintaan 1.000 bungkus sale seberat 4 kuintal dari Wonosobo. Padahal, volume produksi sale bulat hanya 1 kuintal per hari.
Dengan modal tambahan, dia kian percaya diri. Jika sebelumnya hanya menjalankan usaha berdua bersama istrinya, awal Maret Irkhamunna\'im merekrut lima karyawan tambahan.
Laju usaha
Akses terhadap pinjaman memang dibutuhkan pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis. Ini juga dialami Qongidatus Saadah (30), produsen bros bermerek Zizie Bros, yang diproduksi di Asri Mulyo, Wonosobo.
Memulai usaha pada 2014, Qongidatus mengeluarkan modal awal dari kantongnya sebesar Rp 100.000. Karena permintaan terus meningkat, dia meminjam dari bank. Pilihan jatuh pada Bank Jateng melalui program KMJ 25 dengan plafon pinjaman Rp 15 juta.
Pada awal usaha, Qongidatus hanya memproduksi 10-15 bros per minggu. Namun, kini, dia mampu memproduksi 10-30 bros per hari.
Omzetnya juga terus meningkat. Jika sebelumnya Rp 5 juta per bulan, perlahan omzet pun bertambah menjadi Rp 10 juta per bulan, dan kini Rp 15 juta per bulan. Selain itu, dia juga mendapat pendampingan manajemen usaha dari staf pendamping Bank Jateng.
Data Pemprov Jateng menyebutkan, dari sekitar 7 juta para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Jateng, baru 23 persen pelaku usaha yang mengenal perbankan. Sebagian besar pelaku usaha kecil takut berurusan dengan perbankan karena urusannya berbelit dan harus ada agunan.
Sebagian besar pelaku usaha kecil akhirnya jatuh dalam jerat rentenir, atau di beberapa daerah disebut "bank plecit" atau "bank titil".
Hasnawi (35), pedagang bakso di Pasar Manis Purwokerto, Banyumas, mengaku pernah berutang Rp 1 juta dari rentenir. Untuk mengembalikannya, Hasnawi membayar Rp 100.000 setiap minggu selama tiga bulan. Jika dihitung, dia mengembalikan Rp 1,2 juta. "Memang berat, tapi ini pilihan yang paling gampang," ucapnya.
Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno mengatakan, selama ini UMKM dipandang sebagai obyek sehingga tidak banyak diberi kemudahan dalam mengakses pembiayaan. Akibatnya, banyak pelaku usaha kecil justru mendapatkan kredit dari rentenir yang menerapkan bunga lebih hingga 25 persen per tahun.
"Artinya, biaya bunga sudah tidak jadi pertimbangan utama, tetapi lebih kepada kecepatan akses pembiayaan," ujar pria yang akrab disapa Nano itu.
Selama ini, Kredit Usaha Rakyat (KUR) diandalkan pemerintah untuk memperluas pembiayaan bagi UMKM dengan bunga 9 persen per tahun. Bank Jateng, kata Nano, memberikan alternatif melalui KMJ 25 dengan suku bunga lebih rendah.
Program KUR ini memakai skema subsidi bunga untuk menekan biaya bunga menjadi 9 persen. Tahun ini, nilai subsidi bunga untuk program KUR mencapai Rp 10,1 triliun.
Pendapatan naik
Berbeda dengan KUR, produk KMJ 25 tidak menggunakan skema tersebut. Menurut Nano, pembiayaan untuk KMJ 25 menggunakan biaya bunga riil. Untuk program ini, alokasinya 1 persen dari total portofolio kredit Bank Jateng, yang sebesar Rp 35 triliun, yakni sekitar Rp 350 miliar.
"Skema kredit mikro tanpa subsidi bunga tidak mengganggu kesehatan perbankan. Laba kami justru meningkat, sedangkan NPL (persentase kredit macet) nol persen," ujar Nano.
Pada 2016, pendapatan Bank Jateng mencapai Rp 5,62 triliun, atau naik 13,2 persen dibandingkan tahun 2015. Total aset perbankan juga naik dari Rp 40,9 triliun pada 2015 menjadi Rp 51,5 triliun pada 2016. Ditargetkan, aset Bank Jateng akhir 2017 mencapai Rp 60 triliun.
Berkaca dari pertumbuhan itu, dia mendorong bank-bank pembangunan daerah lain untuk mengalokasikan program kredit mikro. Pasalnya, salah satu fungsi BPD adalah mendorong pembangunan dari daerah pinggiran yang selama ini tidak banyak tersentuh pembiayaan.
Sejak KMJ 25 diluncurkan Mei 2016, nasabah KMJ 25 mencapai 10.500 usaha dengan realisasi kredit mencapai Rp 200 miliar. Ditargetkan, sebelum Mei 2017, plafon kredit Rp 350 miliar dapat tercapai.
Sementara itu, Direktur Bisnis Bank Jateng Pujianto mengatakan, sejauh ini KMJ 25 menyasar sektor pertanian, industri rumah tangga, industri kreatif, perdagangan, dan perikanan. Mulai Maret ini, Bank Jateng juga menggulirkan Kredit Mini, fasilitas kredit dengan plafon maksimal Rp 1 juta dan bunga 3 persen per tahun. Uji coba dilakukan di Purwokerto.
"Ini khusus pedagang pasar yang direkomendasikan dinas pasar setempat. Ini untuk mengurangi ketergantungan pada rentenir," tuturnya.
Untuk bersaing dengan perbankan umum, Bank Jateng terus meningkatkan pelayanan berbasis teknologi. Direktur Operasional dan Unit Usaha Syariah Bank Jateng Hanawijaya mengungkapkan, investasi bidang teknologi informasi pada 2017 dianggarkan Rp 150 miliar.
Selain penyediaan mobile internet banking, investasi juga untuk memperkuat pelayanan 500-an agen laku pandai.
"Mereka diharapkan memperluas penetrasi pasar dan menyosialisasikan program kami termasuk KMJ 25 ke daerah kecil," ujarnya.
(REGINA RUKMORINI/ADITYA PUTRA PERDANA/GREGORIUS M FINESSO)