logo Kompas.id
EkonomiAnak Muda Motor Bisnis
Iklan

Anak Muda Motor Bisnis

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Generasi muda menjadi penggerak pertumbuhan bisnis perdagangan secara elektronik atau e-dagang. Kondisi ini dipengaruhi oleh tingginya pemakaian telepon seluler pintar di kalangan usia muda. Karena itu, pelaku ritel konvensional perlu berkolaborasi. Partner Pricewaterhouse Coopers (PwC) Ade Setiawan Elimin di sela-sela pemaparan PwC\'s 2017 Total Retail Survey, Rabu (5/4), di Jakarta, mengatakan, pelaku ritel konvensional perlu melihat e-dagang atau pemasaran secara daring sebagai bentuk investasi masa depan. Kehadirannya bukan untuk menyaingi bisnis toko ritel fisik, melainkan melengkapi. Warga tetap memerlukan toko ritel fisik dengan berbagai alasan, seperti mengecek ketersediaan stok dan kualitas barang. PwC\'s 2017 Total Retail Survey berlangsung di 29 negara, antara lain Australia, China, dan Indonesia. Tujuan survei tahunan ini adalah mengetahui perilaku berbelanja dan penggunaan metode pembelian produk ritel. Total responden adalah 24.471 orang, sedangkan di Indonesia sekitar 500 orang. Mengacu hasil survei itu, ada beberapa kategori produk yang laku keras di penjualan daring. Di urutan teratas adalah buku, lagu, film, dan gim video. Sekitar 60 persen responden memilih membeli semua produk itu secara daring. Urutan kedua adalah kategori produk elektronik dan komputer. Persentase responden yang memilih membeli jenis barang tersebut di platform daring mencapai 43 persen. Persentase ini berbeda tipis dibandingkan responden yang memilih pergi ke toko fisik, yakni 51 persen. Menyoal industri e-dagang Indonesia, Ade menyebutkan, warga mulai aktif berbelanja daring sejak dua tahun lalu atau telat empat tahun dibandingkan dengan China. Dari hasil survei, 36 persen responden Indonesia mengaku rutin berbelanja secara daring setiap bulan.Sekitar 74 persen responden Indonesia hanya mau belanja daring di laman atau toko daring yang tepercaya dan aman dari serangan siber. Ini menandakan konsumen amat perhatian kepada keamanan siber. "Pengguna ponsel pintar di Indonesia mencapai hampir 100 juta orang. Penduduk usia muda terus bertambah. Media sosial telah menjadi referensi berbelanja," ujarnya. MembantuKetua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mande mengatakan, pemasaran secara daring dipakai untuk menambah saluran penjualan ritel. Cara ini dianggap mampu mendongkrak pertumbuhan penjualan industri ritel yang tengah lesu. Roy menyebut, kelesuan industri ritel Indonesia dimulai pada 2015. Kala itu, Indonesia mengalami inflasi hingga sekitar 7,6 persen. Akibatnya, industri ritel hanya mampu tumbuh 8 persen. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, pertumbuhan dapat menembus 12 persen. Kondisi industri ritel pada 2016 dipandang lebih baik dibandingkan 2015 meskipun hanya terjadi selama triwulan pertama hingga kedua. Pada triwulan ketiga, pertumbuhan industri ritel turun dan berlanjut hingga triwulan keempat. Pada triwulan pertama 2017, lanjut Roy, pelaku industri ritel, khususnya anggota Aprindo, hanya mampu membukukan penjualan kurang dari Rp 30 triliun. Nilai ini lebih rendah dibandingkan target yang ditetapkan sebesar Rp 40 triliun. Apa yang dialami anggota Aprindo tersebut juga dialami oleh pemilik pusat perbelanjaan. Roy menggambarkan, sebanyak 76 pusat perbelanjaan di Jakarta tengah mengalami penurunan penjualan. Pengunjung pusat perbelanjaan hanya membeli produk berukuran kecil, seperti makanan dan minuman. (MED)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000