logo Kompas.id
EkonomiPerbankan Perlu Mencari...
Iklan

Perbankan Perlu Mencari Peluang

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Industri perbankan nasional perlu membiasakan diri dengan gejolak ekonomi yang terjadi saat ini. Perkuatan dan transformasi internal perlu terus dilakukan untuk memitigasi risiko dan menghadapi tantangan ekonomi. Karena itu, perbankan perlu mencari ceruk atau peluang investasi dan pembiayaan.Ekonom Anggito Abimanyu menyatakan hal itu dalam pertemuan bisnis PT Bank Muamalat Indonesia Tbk bertajuk "Tinjuan Ekonomi Indonesia 2017, Tantangan dan Prospek" di Jakarta, Senin (10/4). Kegiatan itu dihadiri pula Direktur Utama Bank Muamalat Endy Abdurahman dan Direktur Bisnis Korporasi Bank Muamalat Indra Y Sugiarto.Anggito mengatakan, ketidakpastian ekonomi di Amerika Serikat (AS) masih menjadi tantangan utama perekonomian dalam negeri. Tantangan itu terutama kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Fed, sebanyak tiga kali pada tahun ini yang berpotensi membuat rupiah bergejolak dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), BI 7-day Reverse Repo Rate, naik.Ia memproyeksikan pada tahun ini rupiah akan tertekan di kisaran Rp 13.150-Rp 13.500. BI 7-day Reverse Repo Rate juga diperkirakan naik menjadi 5 persen dari posisi 4,75 persen. "Tantangan lain yang muncul adalah inflasi yang diperkirakan 4-4,5 persen. Apabila hal tersebut terjadi, akan berpengaruh terhadap bisnis perbankan juga. Apalagi di tengah melemahnya permintaan kredit," ujar Anggito.Kendati begitu, lanjut Anggito, pemerintah terus mendorong ekonomi domestik meski dengan keterbatasan fiskal. Konsumsi juga terus didorong terutama dalam menghadapi pertumbuhan kelas menengah hingga 2030.Konsolidasi internal Perbankan perlu bersabar dan memperkuat konsolidasi internal serta fokus mengatasi risiko kredit bermasalah. Di sisi lain, perbankan perlu melihat ceruk dan peluang yang dapat mendorong pengoptimalan fungsi intermediasi."Saat ini Indonesia memasuki masa transisi pembangunan infrastruktur yang diperkirakan kelar pada 2019. Saat ini juga masa investasi. Hal itu bisa menjadi peluang bagi perbankan berinvestasi membiayai pembangunan infrastruktur," ujarnya. Endy Abdurahman mengemukakan, selain segmen konsumer, Bank Muamalat juga akan menggarap segmen korporasi dan badan usaha milik negara (BUMN) pada tahun ini. Khusus untuk korporasi, penyaluran kredit diharapkan tumbuh Rp 2 triliun dari nilai posisi 2016 yang sebesar Rp 23,3 triliun."Salah satu tantangan kami di segmen korporasi adalah mengatasi rasio pembiayaan bermasalah (NPF) dari korporasi sektor komoditas. NPF Bank Muamalat pada tahun lalu sebesar 3,8 persen, sedangkan hingga Maret tahun ini 4,5 persen. Pada triwulan kedua nanti, NPF diperkirakan turun menjadi 3,5 persen dan pada akhir tahun ini menjadi 3 persen," katanya.Indra Y Sugiarto mengemukakan, Bank Muamalat akan berinvestasi juga di segmen BUMN. Fokusnya adalah memberikan pembiayaan pembangunan infrastruktur, seperti jalan, pembangkit listrik, dan konstruksi. Total dana yang akan disediakan untuk pembangunan infrastruktur itu Rp 4 triliun. Sebanyak Rp 2,5 triliun berupa pembiayaan kembali dari tahun sebelumnya, sedangkan Rp 1,5 triliun untuk pembiayaan baru."Pembiayaan segmen BUMN itu merupakan investasi bagi kami karena tidak terlalu berisiko dan aman. Porsinya memang tidak terlalu besar karena baru 5 persen dari portofolio pembiayaan kami," katanya. (HEN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000