logo Kompas.id
EkonomiWisata Indonesia Mampu...
Iklan

Wisata Indonesia Mampu Bersaing

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Peringkat daya saing pariwisata Indonesia dalam Forum Ekonomi Dunia meningkat dari urutan ke-50 menjadi ke-42. Hal ini membuat Indonesia semakin percaya diri untuk mengembangkan pariwisata dan membuktikan bahwa Indonesia bisa berkompetisi dengan negara lain."Secara internal ke dalam negeri, kita semakin percaya diri bahwa bangsa kita mampu bersaing di tingkat dunia. Pilihan Presiden Joko Widodo untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan dan prioritas pembangunan sudah sangat tepat," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya di Jakarta, Selasa (11/4).Sementara secara eksternal, kenaikan peringkat ini membuat kita semakin diakui, dipercaya, kredibel, dan orang semakin tahu bahwa Wonderful Indonesia memang hebat. "Yang menyatakan kehebatan ini adalah lembaga kredibel tingkat dunia, World Economic Forum Travel and Tourism Competitive Index (WEF TTCI) yang beranggotakan 141 negara. Pariwisata kita dikalibrasi dan dikomparasi dengan kriteria dan standar dunia," ujar Arief.Hal yang paling menarik dari pemeringkatan WEF TTCI adalah Indonesia naik delapan peringkat, sementara Malaysia turun satu peringkat di posisi ke-26, Singapura turun dua peringkat di posisi ke-13, dan Thailand naik satu peringkat di posisi ke-34."Kami menargetkan tahun 2019, posisi Indonesia naik ke 30 besar dunia. Dari 14 pilar yang dinilai WEF TTCI, hampir semua bergerak dinamis. Ada yang naik dan turun. Namun, semua penilaian itu sesuai dengan apa yang dilakukan pemerintah," kata Arief.Konektivitas udaraNamun, masih ada kekurangan yang masih perlu didorong, yakni konektivitas udara. "Saat ini kita belum punya penerbangan langsung dari India. Padahal, jumlah turis India mencapai 300.000 orang per tahun. Penerbangan langsung ke China juga baru sedikit. Padahal, saat ini turis China adalah turis terbesar," kata Arief. Dia berharap bandara yang berada di 10 destinasi prioritas bisa segera dijadikan bandara internasional. "Tahun ini baru Bandara Silangit (Danau Toba) dan Bandara Hanandjoeddin (Belitung) yang dijadikan internasional. Mudah-mudahan Bandara Komodo (Labuan Bajo) bisa segera menyusul," kata Arief.Secara terpisah, Direktur Komunikasi Tiket.com Gaery Undarsa berpendapat, hal terpenting sekarang adalah pertumbuhan dan pencapaian atau kemajuan industri pariwisata Indonesia tahun demi tahun. Dua tahun terakhir, dia mengapresiasi positif upaya pemerintah untuk memajukan industri. Meski demikian, pemerintah masih mempunyai sejumlah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, seperti akses dan infrastruktur di lokasi wisata.Direktur PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk Ricky Setiawanto menyebutkan, peringkat daya saing pariwisata Indonesia mengalami kenaikan. Pada 2013 Indonesia berada di urutan ke-70 dunia, pada 2015 peringkat ke-50, dan 2017 peringkat ke-42. Dia menganggap pencapaian itu cukup positif meski masih di bawah Thailand dan Malaysia."Kita harus melihat kondisi industri pariwisata Indonesia secara menyeluruh. Destinasi Candi Borobudur barangkali sudah bagus, mulai dari daya tarik, pencitraan, infrastruktur, hingga sarana kebersihan. Namun, bagaimana kondisi pada destinasi lain, misalnya Tanjung Puting?" kata Ricky.Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi B Sukamdani mengemukakan, infrastruktur jasa untuk turis masih jadi persoalan. Penyediaannya sebenarnya dapat dimulai dari bentuk sederhana, seperti informasi layanan transportasi, toilet, dan penukaran mata uang asing. Hal-hal itu biasanya dibutuhkan sehari-hari oleh turis. (ARN/MED)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000