logo Kompas.id
EkonomiBank Dunia Proyeksikan 5,3...
Iklan

Bank Dunia Proyeksikan 5,3 Persen

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia ratarata 5,3 persen pada 2017-2019. Di tengah tantangan eksternal, peningkatan kualitas fiskal dan optimalisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.Dalam laporan ekonomi Asia Timur dan Pasifik yang dikutip Kompas, Jumat (14/4), Bank Dunia menyebutkan, fundamen perekonomian Indonesia kuat. Hal ini ditopang pertumbuhan ekonomi yang kuat, defisit transaksi berjalan yang rendah, dan defisit fiskal yang konservatif.Kendati kebijakan global serba tidak pasti, pertumbuhan ekonomi Indonesia menguat pada 2016. Hal ini antara lain ditopang peningkatan investasi. Bank Dunia memproyeksikan perekonomian Indonesia ke depan akan terus positif. Perbaikan perekonomian global dan pemulihan harga komoditas akan mendorong investasi dan ekspor.Namun, tantangan akan selalu ada. Tantangan eksternal berupa perubahan kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) yang tak terduga dan pelambatan pertumbuhan ekonomi China. Adapun tantangan internal berupa peningkatan inflasi dan penerimaan negara yang masih lemah. Mengacu data Badan Pusat Statistik, pertumbuhan ekonomi Indonesia terendah selama satu dekade terakhir terjadi pada 2015, yakni 4,9 persen. Pada 2016, pertumbuhan ekonomi 5,02 persen atau mulai membaik.Tahun ini, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,2 persen, lebih tinggi daripada target pemerintah yang sebesar 5,1 persen. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) ini, antara lain, akibat ekspansi kredit dan kenaikan harga minyak.Adapun untuk 2018-2019 Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata 5,4 persen. Dengan demikian, pertumbuhan rata-rata selama 2017-2019 sebesar 5,3 persen.Kerentanan fiskalPresiden Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa, melalui siaran pers, menyatakan, kebijakan yang kuat dan kenaikan proyeksi perekonomian global secara bertahap telah membantu negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik mempertahankan pertumbuhan dan menurunkan angka kemiskinan."Untuk mempertahankan ketangguhan ini, negara-negara tersebut harus mengurangi kerentanan fiskal. Pada saat yang sama, meningkatkan mutu belanja pemerintah serta memperkuat integrasi regional dan global," kata Kwakwa. Fiskal menjadi krusial karena menjadi instrumen yang menstimulasi perekonomian. Optimalisasi Masyarakat Ekonomi Asean penting karena China sebagai salah satu mitra dagang utama Indonesia terus tumbuh melambat. Pada saat yang sama muncul proteksionisme yang diembuskan AS. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam pidato pada rapat koordinasi pembangunan pusat untuk rencana kerja pemerintah 2018, Selasa (11/4), memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini 5,2 persen. Ekspor-impor diharapkan tidak lagi tumbuh negatif seperti pada 2014-2016.Adapun konsumsi sebagai basis pertumbuhan ekonomi yang menyumbang 55 persen terhadap PDB, lanjut Sri Mulyani, akan ditingkatkan. Demikian pula dengan investasi.Sementara itu, untuk 2018, Sri Mulyani lebih optimistis ketimbang Bank Dunia. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2018 berkisar 5,4-6,1 persen."Tahun 2018, kita berharap pertumbuhan 5,4-6,1 persen. Presiden mengindikasikan 5,6 persen. Kami akan terus kaji angka yang paling kredibel," kata Sri Mulyani. (LAS)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000