logo Kompas.id
EkonomiMode Mendorong Industri Alas...
Iklan

Mode Mendorong Industri Alas Kaki

Oleh
· 3 menit baca

SIDOARJO, KOMPAS — Pertambahan penduduk dan dinamika mode diyakini menjadikan industri sepatu dan alas kaki akan terus tumbuh. Namun, potensi itu hanya akan termanfaatkan secara optimal apabila industri alas kaki berdaya saing tinggi. "Data tahun 2012 menunjukkan, Vietnam masih satu peringkat di bawah Indonesia. Namun, saat ini Vietnam ada di posisi 3 dan Indonesia di posisi 4 produsen sepatu dunia," kata Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, Aneka, dan Kerajinan Kementerian Perindustrian Ratna Utarianingrum di Sidoarjo, Selasa (18/4) petang. Ratna mengatakan, produksi sepatu Indonesia mencapai 1 miliar pasang dengan pangsa pasar 4,4 persen. Ada sejumlah faktor yang mendukung prospek industri sepatu di Indonesia termasuk peningkatan pendapatan dan perkembangan kelas menengah."Ada pula kecenderungan anti arus utama, tidak suka disamakan dengan (sepatu) orang di sebelahnya. Kalau tidak disiapkan sumber daya manusia yang bisa menjawab ini semua, sayang kesempatan akan diambil orang lain," kata Ratna. Terkait hal tersebut, Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia, salah satu instansi vertikal Kemenperin, menjalankan fungsi pelayanan di bidang industri persepatuan dan industri kecil menengah. Ratna mengatakan, pembangunan SDM alas kaki yang berperan penting dan strategis dalam mengembangkan industri tersebut dijalankan lewat pelatihan, transfer pengetahuan, dan penguatan desain. Menurut Ratna, pekerja Indonesia yang lebih rajin diakui sehingga banyak pemilik merek sepatu dunia menjadikan Indonesia tempat berproduksi. Tulisan buatan Indonesia (made in Indonesia) pun tertera pada produk bermerek dunia tersebut.Membangun merek Pemilik merek tentu memiliki nilai tambah besar karena membangun merek tidak mudah dan butuh waktu lama. "Model seperti ini secara nilai tambah memang tidak besar, tetapi penyerapan tenaga kerjanya banyak, sebab satu pabrik bisa mempekerjakan 12.000 orang dan memberi dampak berganda," ujar Ratna. Meski tidak mudah, Ratna mengatakan, pemerintah terus mendorong penumbuhan dan penguatan merek. "Produk sepatu merek Ekuator yang sedang dikembangkan di Indonesia, misalnya, mulai banyak dibicarakan dan direspons 12 negara," katanya. Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, nilai ekonomi di industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki saat ini sekitar Rp 35 triliun dengan impor sekitar Rp 15 triliun. "Artinya, setengah dari nilai tambah di sektor ini masih impor. Apabila mampu disubstitusi secara keseluruhan, nilai ekonominya masih bisa meningkat," katanya. Kemenperin memetakan beberapa permasalahan di industri kulit, sepatu, dan alas kaki. Bahan baku kulit dalam negeri baru mampu memenuhi 36 persen dari kapasitas industri penyamak kulit nasional. Sebagian besar, yakni di kisaran 60-70 persen bahan baku, bahan penolong, dan aksesori di industri sepatu dan alas kaki juga masih diimpor. (CAS)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000