JAKARTA, KOMPAS — Kredit untuk usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM dan kredit mikro tetap menjadi fokus PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Hingga akhir Maret 2017, BRI menyalurkan kredit Rp 653,1 triliun, 72,1 persen di antaranya untuk sektor UMKM.
"Kami akan tetap fokus di UMKM dan mikro karena dari dulu tumpuan kami di sana. Kalau kita lihat marginnya masih cukup lumayan meskipun agak dilematis. Sesuai imbauan pemerintah (suku bunga kredit) harus satu angka. Namun, apa pun itu, kita harus tetap lebih fokus di bawah," kata Direktur Utama BRI Suprajarto dalam jumpa pers paparan kinerja triwulan I-2017, Kamis (20/4), di Jakarta.
Hingga akhir Maret 2017, laba bersih BRI Rp 6,47 triliun atau tumbuh 5,5 persen dibandingkan dengan triwulan I-2016. Pertumbuhan laba itu didorong penyaluran kredit dan kenaikan pendapatan berbasis biaya.
Kredit UMKM yang disalurkan BRI per akhir Maret 2017 sebesar Rp 471 triliun. Dari jumlah itu sekitar 33 persen berupa kredit mikro.
Suprajarto memaparkan, pengembangan pasar UMKM memerlukan biaya operasional yang tinggi terutama untuk tenaga kerja dan infrastruktur. Namun, dapat ditekan dengan efisiensi dan penggunaan teknologi.
Perihal kredit usaha rakyat (KUR), BRI menyalurkan Rp 14,11 triliun pada triwulan I-2017 untuk 763.000 debitor baru.
"KUR itu dari target Rp 71 triliun hingga akhir tahun ini. Presiden minta agar 40 persen di antaranya disalurkan untuk produktif dan posisi kita sekarang sudah 35 persen. Tidak terlalu sulit bagi BRI untuk memenuhinya," ujarnya.
Selain itu, lanjut Suprajarto, BRI akan mengoptimalkan sekitar 970.000 agen Laku Pandai (Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif) yang tersebar di seluruh Indonesia. Para agen ini menjadi kepanjangan tangan BRI hingga pelosok daerah. Para agen maupun gerai di beberapa daerah tersebut akan difokuskan untuk menyalurkan kredit dalam jumlah kecil atau mikro.
Adapun rasio kredit macet (NPL) gros BRI per triwulan I-2017 sebesar 2,16 persen turun dari triwulan I-2016 yang sebesar 2,22 persen.
Wakil Direktur Utama BRI Sunarso menambahkan, sama seperti di industri perbankan, NPL BRI didominasi segmen menengah, diikuti korporasi swasta.
"Segmen menengah ini termasuk dalam rantai pasok industri besar komoditas baik secara langsung maupun tidak langsung," kata Sunarso.
BCA
PT Bank Central Asia Tbk membukukan laba bersih Rp 5 triliun pada triwulan I-2017 meningkat 10,7 persen dibandingkan dengan triwulan I-2016.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin, mengatakan, pencapaian itu tidak terlepas dari peningkatan pendapatan operasional BCA. Pendapatan bunga bersih dan operasional tumbuh 5,3 persen menjadi Rp 13,5 triliun pada triwulan I-2017.
Kredit yang disalurkan BCA per akhir Maret 2017 mencapai Rp 409 triliun, tumbuh 9,4 persen dibandingkan dengan triwulan I-2016.
"Kami tetap perlu mewaspadai kenaikan rasio kredit bermasalah. Hingga akhir Maret 2017, NPL BCA sebesar 1,5 persen atau meningkat dari akhir Desember 2016 yang sebesar 1,3 persen," ujarnya.
Jahja memperkirakan, NPL BCA masih akan naik menjadi 1,5-2 persen pada akhir tahun ini. Pada triwulan I-2017, BCA menambahkan cadangan untuk mengatasi NPL sebesar Rp 12,2 triliun atau meningkat 29,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Direktur Corporate Banking BCA Rudy Susanto mengemukakan, kredit korporasi BCA tumbuh 17,9 persen menjadi 152,6 triliun pada triwulan I-2017. Pertumbuhan kredit korporasi itu ditopang segmen perkebunan, jasa keuangan, dan infrastruktur.