logo Kompas.id
EkonomiManufaktur Menjadi Tumpuan
Iklan

Manufaktur Menjadi Tumpuan

Oleh
· 3 menit baca

YOKOHAMA, KOMPAS — Sebagian besar penduduk Asia sudah naik kelas dari kategori masyarakat berpendapatan rendah menjadi masyarakat berpenghasilan menengah. Keberhasilan itu dipengaruhi oleh disiplin sejumlah negara untuk masuk ke tahap industrialisasi.Wakil Presiden Bank Pembangunan Asia (ADB) Bambang Susantono menuturkan, masih ada perdebatan apakah setiap tahap dari agraris, lalu ke industrialisasi, dan baru ke sektor jasa harus dilalui oleh setiap negara. "Ada negara yang memang langsung beralih dari agraria ke sektor jasa. Namun, menurut saya, tahap industrialisasi tidak bisa dilewati. Negara harus punya cetak biru industri manufaktur karena itu yang akan menopang perekonomian berkelanjutan," ujarnya di sela-sela 50th ADB Annual Meeting seperti dilaporkan wartawan Kompas,A Handoko, dari Yokohama, Jepang, Jumat (5/5).Negara yang akan bertumpu pada manufaktur juga harus memiliki kebijakan yang konsisten dari hulu hingga hilir. Pengembangan sektor hulu harus diikuti oleh sektor lain hingga ke hilir. "Contoh yang paling kelihatan adalah Korea Selatan. Negara itu sejak lama fokus pada industri baja. Pada saat yang sama, negara itu sudah memiliki rencana jangka panjang untuk mendorong industri ikutan dari baja, yakni industri otomotif. Belakangan, mereka juga masuk ke perangkat telepon seluler. Strategi itu berhasil," kata Bambang.Dalam catatan ADB, pada era 1990, sekitar 90 persen penduduk Asia masuk kategori berpendapatan rendah. Namun, saat ini komposisinya sudah berubah, yakni 96,5 persen penduduk masuk kategori berpenghasilan menengah walau sebagian masih berada di subkategori menengah rendah. "Sekarang tinggal dua negara di Asia yang mayoritas penduduknya masih berpenghasilan rendah, yakni Nepal dan Afganistan," ujar Bambang.InvestasiPada sesi yang berbeda, sejumlah gubernur ADB, termasuk Gubernur ADB untuk Indonesia yang juga Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berbagi pengalaman dan pandangan mengenai kondisi perekonomian. Ini terutama terkait dengan partisipasi ADB dalam mendorong perekonomian. Sri Mulyani menuturkan, banyak negara di Asia kini mendorong manufaktur dan fokus pada ekspor. Sektor industri, terutama yang memiliki fokus pada produk ekspor, membutuhkan investasi yang sangat besar, baik dari sisi modal finansial maupun kemampuan sumber daya manusia. "Dengan melihat tren itu, investasi dan sumber daya manusia sangat penting," kata Sri Mulyani. Di negara-negara Asia Tenggara, Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak. Namun, menurut Sri Mulyani, Indonesia belum menjadi yang terbaik dalam perekonomian di Asia Tenggara. "Ada banyak negara lain di Asia Tenggara yang menerapkan kebijakan dan tata kelola yang baik. Maka, Indonesia harus disiplin dan tak bisa mengadopsi kebijakan yang buruk. Indonesia harus mengadopsi tata kelola yang baik supaya tetap bisa kompetitif," ujar Sri Mulyani. Gubernur ADB untuk India Shaktikanta Das menuturkan, sejak krisis ekonomi tahun 1997, banyak negara di Asia yang kini menikmati stabilitas dan pertumbuhan yang menjanjikan. Namun, Asia juga masih menghadapi sejumlah tantangan agar momentum pertumbuhan bisa dijaga. Menurut Shaktikanta, negara- negara di Asia harus terus melakukan reformasi struktur ekonomi dan memberi alokasi yang besar untuk pembangunan infrastruktur. "Langkah lain yang juga diperlukan adalah mengalokasikan sebanyak mungkin belanja pemerintah untuk mendorong sektor riil," katanya.Gubernur ADB untuk Norwegia Tone Skogen mengatakan, Asia bisa menjadi cerita sukses dan inspirasi dalam mendorong perekonomian sehingga angka kemiskinan terus turun. Salah satu yang mempercepat Asia keluar dari kategori berpenghasilan rendah adalah masifnya pembangunan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan dasar sejak beberapa dekade lalu.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000