logo Kompas.id
EkonomiBiaya Memicu Kenaikan Harga
Iklan

Biaya Memicu Kenaikan Harga

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan harga properti untuk tempat tinggal yang terekam di dalam survei Bank Indonesia disebabkan oleh kenaikan biaya produksi, bukan peningkatan permintaan. Namun, sejumlah inisiatif diharapkan bisa ikut mendorong sektor properti tahun ini.Sejumlah inisiatif yang diperkirakan akan ikut mendorong industri properti adalah suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang telah turun, penyederhanaan regulasi, dan inisiasi proyek baru skala besar. Laporan Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mencatat, indeks harga properti residensial pada triwulan I-2017 naik 1,23 persen, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya dengan kenaikan 0,37 persen. Bank Indonesia menduga, penyebab kenaikan harga properti untuk rumah tinggal adalah kenaikan harga bahan bangunan (34,16 persen) dan upah pekerja (23,73 persen). Dalam setahun, harga properti untuk rumah tinggal naik 2,62 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 2,38 persen.Kenaikan harga secara triwulanan tersebut terjadi di semua tipe rumah, yakni tipe kecil, menengah, dan besar. Dari ketiga tipe, terindikasi kenaikan paling besar terjadi pada tipe kecil dari 0,57 persen menjadi 1,84 persen, diikuti rumah tipe menengah dari 0,23 persen menjadi 1,28 persen, dan rumah tipe besar dari 0,30 persen menjadi 0,58 persen. Berdasarkan wilayah, Surabaya mengalami peningkatan harga tertinggi dan sebaliknya Padang mengalami peningkatan harga terendah."Melihat penyebab kenaikan berupa harga bahan bangunan dan upah pekerja masih menandakan industri properti belum naik. Sebab, kedua faktor itu termasuk biaya yang harus dikeluarkan, bukan menandakan permintaan yang naik," kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata, Selasa (16/5), di Jakarta.Survei BI juga mencatat, penjualan properti untuk tempat tinggal pada triwulan I-2017 tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni dari 5,06 persen menjadi 4,16 persen. Faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan industri properti antara lain lamanya perizinan (17,35 persen), tingginya suku bunga KPR (17,28 persen), tingginya uang muka rumah (16,90 persen), pajak (14,68 persen), dan kenaikan harga bahan bangunan (14,07 persen).Suku bungaSoelaeman mengatakan, permintaan properti terkait dengan perekonomian dan faktor yang terkait langsung dengan industri properti sudah mendukung. Hal itu antara lain terlihat dari suku bunga KPR dari beberapa bank yang telah menyentuh satu angka, bunga kredit konstruksi yang telah turun dari sekitar 14 persen menjadi 11 persen, serta pelonggaran rasio nilai kredit bank terhadap nilai agunan (LTV) telah direlaksasi sejak tahun lalu.Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan, pada 2016, sebagian besar pengembang tidak berani menaikkan harga karena lesunya industri properti. "Namun, awal 2017, sudah ada pengembang yang berani menaikkan harga properti. Besarannya variatif, yang paling besar sampai 10 persen," kata Ali.Kenaikan harga, kata Ali, terjadi pada rumah dengan segmen menengah yang permintaannya cukup banyak. Properti residensial untuk segmen menengah berada pada kisaran harga di bawah Rp 1 miliar. Sementara untuk segmen menengah ke atas, pengembang belum berani menaikkan harga.Untuk penjualan properti residensial yang tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, salah satu faktornya adalah semacam siklus tahunan bahwa biasanya setiap semester pertama penjualan akan rendah dan baru akan naik pada semester kedua. Selain itu, masyarakat masih menahan diri untuk memenuhi kebutuhan lain pada semester pertama ini, yakni bulan puasa dan Lebaran serta kebutuhan pendidikan. (NAD)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000